Scroll ke bawah untuk melihat konten
Bahasa & SastraLingkup Materi

Sastra dan Sastra Melayu Riau

×

Sastra dan Sastra Melayu Riau

Sebarkan artikel ini

A. Pengertian
Secara harfiah, sastra bearti sesuatu yang tertulis. Makna ini terus berkembang pada saat nenek moyang orang Melayu sudah memiliki pemahaman yang baik terhadap sastra. Maka makna istilah ini bergeser kepada pengertian ySecara harfiah, sastra bearti “sesuatu yang tertulis”. Makna ini terus berkembang pada saat nenek moyang orang Melayu sudah memiliki pemahaman yang baik terhadap sastra. Maka, makna ini bergeser dari “sesuatu yanng tertulis” kepada “indah tertulis” atau yang disebut dengan susastra. Zaman berganti, pemahaman makna “indah tertulis” kemudian berubah pula menjadi yang indah baik “lisan” maupun “tulisan”. Indah yang lisan ini pun dipahami bukan lisan murni dalam artian dari mulut ke telinga, tetapi yang sastra lisan yang sudah ditransmisikan, yakni cerita rakyat yang sudah direkam dan ditulis ulang. Pemahaman yang seperti ini masih berlaku hingga kini di beberapa sekolah. Sekarang, penggunaan istilah “sastra” sudah melebar, mencakup semua seni bahasa (verbal arts), baik yang tertulis maupun yang benar-benar lisan.  

B. Sastra Melayu
Istilah sastra Melayu mencakup ke dalam pelbagai pengertian “semua sastra berbahasa Melayu”. Itu pun harus pula ditambahkan “dengan semua variasi dialeknya”. Oleh karena itu, “sastra Melayu” mengandung pengertian “semua sastra berbahasa Melayu” yang pernah ada di sepanjang sejarah, mulai dari tradisi lisan (orality tradition), tradisi aksara atau tradisi tulis (literacy tradition), dan tradisi kelisanan kedua (secondary orality) atau disebut juga zaman postmodernisme. Dari segi ruang, sebenarnya “sastra Melayu” merangkum fenomena sastra (baik tertulis maupun lisan) di sejumlah negara berbahasa Melayu, yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, sebagian Singapura, dan sebagian Thailand.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Berkembang di perkampungan dengan media lisan. Pada genre naratif yang umum diketahui dapat dilihat pada mitos, dongeng dan sastra rakyat lainnya, cerita hewan, sage, cakap-cakap adat, cerita teladan atau jenaka atau perlipur lara. Hingga genre naratif yang khas Riau seperti Koba, dondong, ratif, berandu (beghandu), kayat, ratap, nyanyi panjang, gambus betandang. Pada genre nonnaratif dapat dilihat mantra atau menyeru, pantun, talibun. Karmina, bidal, talibun atau sesomba, teromba, seloka, petatah-petitih, pantang-larang, teka-teki, peribahasa, cakap-cakap adat, dan banyak lagi jenis lainnya. Topik ini akan dijelaskan pada bagian berikutnya pada topik ini. 

Sastra dalam ruang spasial dan kronologis jenis ini adalah asli milik orang Melayu. Cara penyampaian melalui kelisanan. Hidup dalam alam Melayu mulai dari pra sejarah hingga hari ini. Disampaikan dalam siklus kehidupan orang Melayu, mulai dari tradisi melahirkan, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa dan memasuki usia perkawinan, masa membina keluarga, masa-masa tua, hingga masa pra dan pasca kematian. Sastra masuk dan didendangkan dalam sistem ekonomi Tapak Lapan, misalnya sastra didendangkan dalam kegiatan berladang atau bersawah, beternak, nelayan, kegiatan mengambil dan mengolah hasil hutan (agroindustri), berkebun, berburu, bertukang, dan berdagang. Sastra berjalin dalam hubungannya dengan siklus musim, baik musim kemarau maupun musim hujan, atau siklus pertanian, menugal, bersiang, menuai atau siklus musim buah-buahan. Sastra dilantunkan dalam permainan rakyat. Sastra dilantunkan dalam setiap tahap peresuk kehidupan keseharian orang Melayu, mulai dari bangun, bekerja, istirahat dan menjelang tidur. Sastra disenandungkan dalam  pelbagai ritual dan upacara. Genre sastra dipertunjukkan dalam inisiasi kehidupan. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *