Scroll ke bawah untuk melihat konten
Bahasa & SastraLingkup Materi

Si Umbut Muda

×

Si Umbut Muda

Sebarkan artikel ini

“Kalau perlu mati sekalian!” Celetuk Umbut Muda yang belum juga kesalnya hilang.
Hari berganti hari, tingkah polah Umbut Muda tidak berubah, malah semain mejadi-jadi. Telah banyak sanak saudara dan tetangga yang menasehati namun bagi Umbut Muda hanya dianggap angin lalu yang tak perlu dihiraukan.
“Umbut! Durhaka dengan orang tua itu sama saja berdoa agar masuk neraka,” nasihat pamam Umbut suatu saat.
“Kau tidak akan selamat dunia akhirat Umbut!” Timbal mak cik Umbut.
“Sebaiknya kami segera minta maaf, sebelum semuanya terlambat,” ujar pamannya lagi.
“Tak perlulah kalian menasehatiku, urus saja diri kalian masing-masing,” bentak Umbut Muda marah, sambil meninggalkan paman dan mak ciknya.
Tidak satu dua orang lagi yang menasihati Umbut Muda, namun pongahnya tidak juga berubah.
“Biarkan saja dia, mudah-mudahan jadi perawan tua!” Doa orang-orang kampung saat meraka membicarakan tentang tabiat Umbut Muda.
Emak Umbut Muda harus tunduk di bawah perintah anaknya yang sangat disayanginya itu. Dimanjakan sejak dari dalam buaian hingga gadis remaja, dan ketika telah besar berperangai seperti itu.
Pada suatu hari, menikahlah putri salah seorang bangsawan ternama Mempura. Undangannya terdiri dari orang-orang ter¬nama, jemputan terhormat termasuk si Umbut Muda. Pesta pernikahan digelar di seberang Sungai Jantan berhadapan kampung dengan tempat tinggal si Umbut Muda.
Umbut Muda bermaksud memenuhi undangan itu. Seperti hari-hati sebelumnya jika menghadiri jemputan, Umbut Muda akan memakain pakaian indah dan mahal, perhiasan yang bagus dan elok. Umbut Muda memamerkan kekayaanya.
Sedangkan Emaknya, hanya akan berpakaian biasa saja, tidak seperti anaknya yang sudah lupa langit dan tak ingat bumi.
“Mak, pakailah baju yang bagus, jangan membuat Umbut malu sama orang-orang, yang datang dalam perjamuan itu adalah pembesar-pembesar Mempura,” perintah Umbut kepada emaknya dengan jengkel.
“Kita tidak boleh sombong Umbut, bukankah pakaian hanya untuk menutupi aurat saja, untuk apa mesti mahal-mahal,” jawab emaknya menasehati.
“Emak mau tidak mengikuti kata-kata Umbut, ini untuk kebaikan Emak juga,” bentak Umbut dengan keras.
“Iya.. ya… iyalah Umbut!” Sahut emaknya katakuatan.
Emak Umbutpun mengenakan pakaian yang mahal seperti kehendak Umbut. Sedangkan Umbut sendiri juga memakai pakaian indah terbuat dari sutra yang berasal dari negeri Tiongkok. Cincin dipasang sepuluh jari. Gelang lima serangkai sepanjang lengan. Dukuh terkalung di leher hingga ke paras dada, sepuluh rangkai, baju kurung berkancing permata berlian di batas leher, bergelang kaki emas giring-giring. Sedangkan dipinggang, terlilit emas bertampuk kulit ketam rinjung terbuat dari emas dua puluh empat karat.

Baca Juga:  Putri Pinang Masak-Inderagiri Hulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *