Scroll ke bawah untuk melihat konten
Bahasa & SastraLingkup Materi

Legenda Gua Pelintung-Kota Dumai

×

Legenda Gua Pelintung-Kota Dumai

Sebarkan artikel ini

Di saat diselenggarakan keramaian kampung, menyambut kedatangan Kaseng. Siasat buruk Lian Neng mulailah dilancarkan, dengan berpura-pura menyampaikan kabar pada Tan An, bahwa ayahnya memanggil di kapal karena ada sesuatu yang hendak disampaikan. Tan An tidak menaruh rasa curiga sedikitpun, ia pun pergi ke kapal yang di antar langsung oleh Lian Neng. 

Ketika di tengah perjalanan antara kapal dan rumah Tan An, Lian Neng lalu melaksanakan rencana busuknya. Ia dengan tiba-tiba hendak berbuat tidak senonoh dengan Tan An. Namun Tan An menolak dan menjerit, lalu beberapa anak buah kapal yang sudah disewa oleh Lian Neng datang dari balik semak-semak. Mereka lalu memegang tangan dan sebagian lagi kaki Tan An. Dengan keadaan seperti itu, Lian Neng dengan sangat mudah mengambil kehormatan Tan An. 

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Setelah memuaskan nafsu bejatnya, Lian Neng tanpa belas kasihan menusukkan kerisnya ke perut dan dada Tan An berkali-kai. Tan An menjerit histeris lalu tersungkur bersimbah darah.

Kaseng yang ketika itu berada di kapal, mendengar suara jeritan dari kejauhan. Kaseng kemudian mencari asal suara yang didengarnya. Ketika berada tidak berapa jauh dari tempat asal suara, betapa terkejutnya Kaseng. Tan An dilihatnya dalam keadaan bersimbah dara di bawah sebatang pohon yang rimbun. 

Baca Juga:  Asal Mula Pulau Kapal-Meranti

Kaseng lalu mengangkat tubuh yang tidak bernyawa itu dan dibawanya kerumah ayah Tan An. Sesampai di rumah ayah Tan An, betapa terkejutnya Kaseng, bukanya ucapan terimakasih yang ia peroleh, tetapi ia ditatap dengan pandangan mata yang sinis, rupanya Lian Neng telah menyebarkan fitnah bahwa Tan An telah dibunuh oleh Kaseng.

Tanpa periksa asal muasal kejadian, ayah Tan An memerintahkan warga kampung untuk menangkap Kaseng dan menghukum p*nc*ng. Ketika Kaseng ditangkap, dipersiapkanlah segala peralatan hukuman p*nc*ng termasuk juga tujuh orang gigolo yang handal untuk menjalankan hukuman itu. 

Saat menjelang pelaksanaan hukuman p*nc*ng. Kaseng menyampaikan sumpahnya.

“Seandainya kalian semua tidak mau mendengarkan penejelaskanku,  demi penguasa laut dan darat aku bersumpah bahwa tidak akan berbekas sedikitpun hukuman p*nc*ng yang akan kalian jatuhkan kepadaku,” sumpah Kaseng di hadapan masyarakat kampung.

Sumpah Kaseng disambut dengan hinaan oleh penduduk kampung.

“P*nc*ng!”

“P*ncUng Kaseng!”

“P*ngg*l kep*l*nya sekarang juga.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *