Scroll ke bawah untuk melihat konten
Bahasa & Sastra

Puteri Mambang Linau dan Bujang Enok

×

Puteri Mambang Linau dan Bujang Enok

Sebarkan artikel ini

“Oh, Puteri Mambang Linau, mengapakah sampai berbuat sebaik itu terhadap diriku?”

Dijawab oleh Puteri Mamnang Linau bahwa ia disuruh oleh Dewa untuk melaksanakan semua itu, karena Bujang Enok seorang anak muda yang baik dan rajin.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Selanjutnya diminta oleh Bujang Enok melanjutkan cerita Mambang Linau. Mambang Linau pun meneruskan ceritanya. Adapun orang tuanya ialah Bunian yang bertempat tinggal di hutan seberang. Dan pekerjaan yang dilaksanakannya itu atas suruhan Dewa dan atas kerelaan ibu bapanya.

“Bolehkah saya tahu, apa maksud dan tujuan Tuan menyiapkan sajian yang setiap hari Tuan hidangkan itu?”

Jawab puteri itu, “Kami disuruh oleh Dewa untuk menyiapkan sajian itu dan menghidangkannya bagi Tuan hamba Bujang Enok, karena Tuan orang yang rajin dan baik budi”

“Jadi memang makanan itu untuk hamba” seru Bujang Enok keheranan. Bujang Enok gembira sekali memperoleh sesuatu yang tidak diduga-duga sebelumnya. Lebih-lebih lagi seorang puteri cantik sudah berada di sampingnya.

Bujang Enok meneruskan pembicaraannya.

“Aduhai puteri yang baik budi, sudah bersusah payah kiranya Tuan Puteri menyiapkan makanan hamba, tak dapat rasanya hamba membalas budi baik Tuan. Sekiranya Tuan bersedia, sudikah Tuan tinggal bersama hamba di pondok buruk ini, untuk teman hidup hamba? Maafkan hamba Tuan karena hamba yang hina ini sudah lancang saja minta Tuan untuk menjadi teman hidup hamba. Hamba yang hina Tuan, lagi papa. Hamba tidak punya apa-apa, bentuk kurang harta pun tiada. Tidak sebanding dengan kemuliaan Tuan puteri. Tuan orang kayangan anak raja-raja, bukan sepantasnya jadi jodoh hamba.”

Baca Juga:  Asal Nama Negeri Lubuk Bendahara-Rokan Hulu

Menjawab puteri Mambang Linau, “Tuan hamba Bujang Enok, letak kemuliaan seseorang bukanlah pada harta dan pangkat, tapi yang utama adalah budi dan ketulusan hati. Hamba tidak menyesal akan kejadian yang menimpa diri hamba ini. Memang hamba telah disediakan dan telah ditakdirkan untuk jadi begini. Hamba tidak menyesal sedikitpun. Tak kan hamba berasa kecil hati dan merasa rendah diri untuk hidup berdampingan dengan Tuan Bujang Enok, dengan syarat hamba jangan disuruh menari.”

Setelah mendengar uraian Tuan Puteri Mambang Linau yang cantik itu, maka Bujang Enok bukan main besar hatinya. Serasa ia bermimpi. Diusapnya matanya untuk meyakinkan dirinya lagi, apakah yang dilihatnya itu benar-benar menurut kenyataan yang dialaminya. Bujang Enok merasa mendapat durian runtuh. Hari itu, dipergunakannya untuk memenuhi keinginannya bersenang-senang dengan Puteri Mambang Linau kekasihnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *