Scroll ke bawah untuk melihat konten
Bahasa & Sastra

Petuah Pak Garam, Sakai – Bengkalis

×

Petuah Pak Garam, Sakai – Bengkalis

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi. Petuah Pak Garam Cerita Rakyat dari Sakai, Bengkalis. Foto: pxhere.com

Sebetulnya Pak Garam tahu istrinya heran melihat tingkahnya. Tapi ia tak bermaksud membuat istrinya sampai keheranan begitu. Niat untuk menceritakan kejadian yang baru dialaminya itu ada, tetapi ia masih lelah dan penat. “nantilah setelah penatku hilang, akan kuceritakan pada istriku,” gumam Pak Garam dalam hati.

Pak garam sendiri tak sabar menunggu penatnya hilang. Pertanyaan-pertanyaan dalam dirinya tentang batu tersebut tak kunjung hilang dari pikirannya. Akhirnya, Pak Garam ceritakan semua kejadian saat ia memandikan mayat di kampung tetangga tersebut.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

”Ketika saya memandikan mayat tadi, di ketiak mayat itu saya temukan batu,” kata Pak Garam kepada istrinya. Istri Pak Garam hanya diam dan menatap Pak Garam sambil memperhatikan batu yang baru saja diberikan Pak Garam kepadanya.

“tapi saya tidak tahu apa nama batu ini dan apa pula kegunaanya,” lanjut Pak Garam.

“kita simpan sajalah batu ini,” saran istri Pak Garam sambil menyerahkan kembali batu itu kepada Pak Garam.

Tanpa sepengetahuan Pak Garam dan istrinya, rupa-rupanya pembicaraan mereka terdengar oleh Bujang Selamat (pesuruh kerajaan) yang sedang memukat burung puyuh tak jauh dari rumah Pak Garam. Ia kemudian bergegas pulang ke kerajaan dan melaporkan pembicaraan Pak Garam dan Istrinya yang baru saja didengarnya kepada Raja.

Baca Juga:  Putri Kaca Mayang (Asal Mula Kota Pekanbaru) - Pekanbaru

Mendengar cerita yang disampaikan Bujang Selamt, Raja memerintahkan kepada prajuritnya untuk meminta batu tersebut kepada Pak Garam sebab Raja mengetahui keguanan batu itu. “Bilang kepada Pak Garam, kalau mau duit atau harta benda kerajaan akan memberikannya. Tetapi kalau Pak Garam menolak dan tidak mau memberikannya maka lehernya akan dipotong atau dibunuh,” titah Raja kepada pesuruhnya.

Berangkatlah utusan kerajaan menuju rumah Pak Garam dan menuturkan perintah Raja. Semula Pak Garam ragu, tapi mau tidak mau akhirnya Pak Garam terpaksa mengeluarkan batu tersebut dan menyerahkannya kepada utusan kerajaan. Sebagai imbalannya Pak Garam diberikan kekayaan, rumah, pakaian dan sebagainya.

Dengan kejadian demikian, barulah terjawab oleh Pak Garam tentang yang dipikirkannya selama ini mengenai manfaat dan guna batu tersebut.

Dari kejadian itu Pak Garam membuat petuah, yang kemudian oleh masyarakat Sakai dikenal dengan Petuah Pak Garam yang berisi:

Pertama, rahasia jangan dibuka sebelum berjuntai di pintu kubur atau pecah tiang panjang (tiang yang sampai ke lantai) sebagai sindiran dari “perut”.

Kedua, harapan orang jangan diputuskan dan, ketiga, orang besar jangan dibohongi, artinya orang kaya bisa membuktikan pembicaraannya dengan sekejab pula.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *