Scroll ke bawah untuk melihat konten
Bahasa & Sastra

Legenda Dedap Durhaka-Bengkalis

×

Legenda Dedap Durhaka-Bengkalis

Sebarkan artikel ini

Konon, di Selat Bengkalis dekat Bandul di Tanjung Sekudis, hiduplah sepasang suami istri yang kehidupannya sangat sederhana. Di dalam pernikahannya, mereka dikaruniai seorang putra yang sangat tampan, bernama Dedap dan meskipun kehidupan mereka sangat pas-pasan, namun Dedap dibesarkan dengan kemanjaan dan dilimpahi kasih sayang yang berlebihan dari kedua orang tuanya. Mereka selalu berusaha mengabulkan setiap permohonan atau keinginan Dedap walaupun hidup yang sangat sederhana.

Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, Dedap tumbuh menjadi pemuda yang gagah namun sangat disayangkan Dedap memiliki sikap yang kurang terpuji. Kepada kedua orang tuanya Dedap selalu berlaku kasar dan sangat pemalas. Setiap hari kerjanya hanya bermain saja tidak pernah membantu pekerjaan ayah dan ibunya. Hingga pada suatu pagi ibunya menyuruh Dedap untuk menyusul ayahnya ke hutan untuk mengambil kayu bakar.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

“Dedap, pergilah nak ke hutan, susul ayahmu dan ambilkan ibu kayu bakar untuk memasak, karena kayu kita sudah habis,” ujar ibunya seraya menyiapkan bekal bungkusan nasi untuk suami dan Dedap. Namun, Dedap tetap tidak bergerak dari tempat tidurnya.

“Pergilah nak, ayahmu pasti sudah lapar dan sekarang dia pasti sedang menunggu nasi ini,” ujar ibunya.

“Ah… ibu, aku masih mengantuk, ibu sajalah yang pergi menyusul ayah aku malas,” jawab Dedap sambil membalikkan badannya membelakangi ibunya, sang ibu terdiam lalu mengambil bungkusan nasi dan langsung pergi. Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya saja melihat kelakuan anaknya itu.

Baca Juga:  Legenda Gua Pelintung-Kota Dumai

Setahun kemudian, Dedap menyampaikan hasrat hatinya untuk pergi merantau ke negeri seberang. Sebagaimana biasanya dilakukan oleh pemuda di kampungnya. Mereka biasanya apabila sudah dewasa, pergi merantau ke negeri seberang untuk mencari pengalaman dan pekerjaan di sana.

“Ayah, ibu, ada yang ingin aku bicarakan,” ucap si Dedap dari depan pintu. Kedua ibu-bapaknya bergegas keluar menghampiri Dedap, mereka tidak mau mendengar berteriak-teriak seperti itu, mereka merasa malu pada tetangga dengan sikap Dedap yang selalu kasar.

“Ada apa nak, sepertinya penting sekali,” ujar ayahnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *