Scroll ke bawah untuk melihat konten
Bahasa & Sastra

Asal Mula Nama Bengkalis

×

Asal Mula Nama Bengkalis

Sebarkan artikel ini

Mendengar lete emaknya dari kejauhan, ikan bilis berlari mengejar emaknya, dan tiba-tiba memeluk emaknya dari belakang.

“Emaaaaaaakkk,” jerit ikan bilis.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Emak ikan bilis terkejut bukan kepalang. Dikira anaknya telah berubah pikiran, mungkin mau membunuhnya, atau apa. Namun, ikan bilis malah tersenyum sambil memalingkan mukanya. Melihat hal itu, emak ikan bilis bertambah heran. Sebelumnya bermuka masam eh malah sekarang tertawa.

“Bilis, mengapa dikau. Tersampuk jembalang mana pula dikau ni,” ujar emak ikan bilis geram.

Namun ikan bilis tidak menjawab, ia senyum tersipu malu.

 “Ada apa dikau nak,” kata emak ikan bilis lagi.

“Begini emak,” ucap ikan bilis lembut kepada emaknya.

“Emak! sebetulnya…” ikan bilis diam sejenak, ia tidak melanjutkan ucapannya.

“Sebetulnya apa…?” Tanya emak ikan bilis penasaran.

“Sebetulnya… aku kan dah besar, tengoklah kawan sepermainanku telah menikah semua. Malahan sudah ada yang punya anak lebih dari dua. Sedang aku…?” Ikan bilis diam menyurukkan mukanya ke tiang yang di hadapannya. Jari telunjuknya ia letakkan ke bibirnya. Ia malu mengutakaran kepada emaknya.

“Sedangkan dikau kenapa, bilis?” Celetuk emaknya lagi penuh perhatian.

“Sedang aku belum menikah. Jangankan menikah… teman perempuan saja belum punya.”

“Oh dikau nak menikah kiranya,” tebak emaknya.

“Iya…,” jawab bilis malu-malu.

Baca Juga:  Petuah Pak Garam, Sakai - Bengkalis

“Itu bukanlah masalah bilis…!” Ujar emaknya.

“Kan anak gadis pamanmu banyak… Dikau bisa pilih satu yang mana yang dikau suka.”

“Itulah masalahnya emak.”

“Masalahnya apa,” kata emak bilis menatap mata anaknya.

“Aku ingin, istriku nanti tidak dari kampung kita ini. Aku mau dari negeri jauh, sangat jauh dari kampung kita. Jadi, aku ingin merantau ke Selat Melaka, mana tahu di sana saya menemukan gadis yang jelita dan mau menjadi pendampingku sehidup semati,” jelas ikan bilis panjang lebar kepada emaknya.

“Tapi anakku! Apa mungkin dikau bisa merantau sejauh itu. Bukankah negeri Melaka sekian purnama jauhnya dari kampung kita. Bukankah juga negeri orang tidaklah sebaik dan sedamai kampung kita.”

“Tapi emak… aku ingin beristri gadis Melaka.”

“Di kampung kita juga banyak gadis yang cantik-cantik tak lah kalah dari gadis-gadis di Melaka itu.”

“Tapi mak…,” kata bilis tersendat. “Ya, sudahlah kalau emak tak boleh,” ujar ikan bilis merajuk.

 Berhari-hari emak ikan bilis memikirkan keinginan anaknya. Karena keinginan anaknya begitu kuat, akhirnya emak ikan bilis pasrah dan menyerahkan keputusan itu kepada ikan bilis.

“Pergilah nak… Jika itu memang sudah pilihan dikau,” kata emaknya suatu hari.

“Tapi ingat nasehat emak. Jauh berjalan banyak yang nampak, lama hidup banyak dirasa. Dan jika keinginanmu telah tercapai, ingat emak di kampung. Bukankah setinggi-tinggi apapun bangau terbang akan kekubangan juga,” nasihat emak ikan bilis kepada anaknya.

Baca Juga:  Panglima Minal

“Ya emak… nasihat emak akan bilis ingat baik-baik.”

Besoknya berangkatlah bilis menuju Selat Melaka.

***

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *