Scroll ke bawah untuk melihat konten
Bahasa & Sastra

Asal Mula Nama Bengkalis

×

Asal Mula Nama Bengkalis

Sebarkan artikel ini

KONON! Saat Pulau Bengkalis belumlah bernama Pulau Bangkalis, negeri tersebut mulanya sebuah pulau yang hanya dihuni oleh beberapa keluarga. Mata pencaharian penduduk di pulau tersebut sebagai nelayan. Karena penduduknya yang masih sangat sedikit itu, jarak rumah yang satu dengan yang lainnya saling berjauhan, pulau itu terasa sunyi, apalagi jika malam menjelang.

Rumah penduduk hanya beratap rumbia, berdinding pelepah rumbia dan berlantai tanah. Jika angin laut berhembus, atap rumah menyibak keresak-keresik mengeluarkan suara, kayunya berderat-derit. Penerangan yang ada hanya pelita, lampu yang terbuat dari bambu yang diberi sumbu. Dari kejauhan sinar redup pelita di rumah penduduk bagaikan kunang-kunang yang merayap dalam malam kelam.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Di antara beberapa keluarga di negeri itu ditunjuk Pak Tuo sebagai orang yang dituakan. Pak Tuo, juga seorang nelayan seperti umumnya penduduk kampung.

Suatu hari Pak Tuo diserang deman, badannya menggigil dingin. Istrinya pun melarang Pak Tuo untuk pergi melaut.

“Tak usahlah abang pergi, tak elok dipaksakan juga. Jika abang tidak melaut hari ini, insya Allah dapur kita masih berasap,” nasihat istri Pak Tuo khawatir.

 “Taklah Bu, aku tak mengapa-mengapa. Hanya sedikit tak enak badan. Tubuh ini tak bolehlah terlalu dimanja, siapa sangka angin laut dapat mengusir penyakit dari tubuhku,” ujar Pak Tuo menenangkan istrinya.

Baca Juga:  Penamaan Bengkalis

 “Yolah orang tua ni. Susah betul nak dikasi tahu. Terserah abang sajalah. Kalau sakit, tanggunglah sendiri,” ujar istri Pak Tuo kesal nasihatnya tak didengar.

Pak Tuo hanya tersenyum mendengar kata istrinya. Tak biasanya istrinya melarang dia untuk melaut. Ada was-was juga di hati Pak Tuo, apakah itu petanda sesuatu. Tapi cepat dia tepis segala perasaan yang tidak mengenakkan hatinya. Ia menguasai diri dan menyerahkan diri pada Allah. Dia sudah terniat dari siang tadi bahwa malam ini dia harus melaut. Angin laut seakan-akan terus memanggil dirinya.

***

Nun jauh di Selat Malaka, di suatu sisi kehidupan yang lain. Bersiap-siaplah seekor ikan hiu muda hendak merantau, mencari pengalaman ke negeri lain. Dari pada di bawah ketiak emak tiap hari, lebih baik cari pengalaman hidup lah aku, pikir hiu muda.  Sang hiu yang beranjak remaja itu, mohon diri kepada emaknya. Dia hendak berjalan-jalan ke sebuah selat.

“Mak! aku rasa, badanku sudah semakin tegap. Tubuhku pun sudah semakin gagah. Sudah bertahun-tahun kita di selat ini. Ada niatku mencari punggung yang bertutup, mencarikan perut yang tak berisi, dan siapa sangka juga aku menemukan pendamping hidupku, yang memberi harapan di kala duka, mengingatkan di kala suka. Aku nak mencoba mengadu nasib di selat lain, lubuk lain mak!” ujar hiu muda.

Baca Juga:  Nandong, Nyanyian Pengantar Tidur Kuantan

“Kenapa nak! Dah bosankah dikau hidup di negeri kita ini, sejak bapak kau pergi entah ke mana, ke lubuk dalam tidak terjejak ke beting luas tidak terukur. Dikaulah satu-satunya tumpuan harapan emak, dan kini dikau pula nak pergi,” ucap emak hiu dengan sedih, air matanya mulai tampak menggenang di pelupuk matanya.

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *