Scroll ke bawah untuk melihat konten
Teknologi Tradisional

Jalur

×

Jalur

Sebarkan artikel ini
Pacu Jalur di Telukkuantan. (foto:budayamelayuriau.org)

JALUR adalah sejenis perahu yang digunakan dalam tradisi pacu jalur yang terdapat di Rantau Kuantan, Riau.  Jalur dibuat dari sebatang pohon utuh dibentuk dengan artistik yang berukuran panjang sekitar 25-40 meter dan dapat memuat 40-60 orang (anak pacu). Sampai sekarang, masyarakat setempat masih mempertahankan cara-cara tradisional dalam pembutannya.

Membuat Jalur
Langkah-langkah dalam membuat jalur adalah masyarakat kampung melakukan musyawarah dan dibuatlah panitia pelaksana pembuatan jalur. Kayu yang akan dijadikan sebuah jalur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Panjang kayu lebih kurang 35 meter di bawah dahan pertama dan besar kayu lebih kurang berdiameter tiga meter atau lebih kurang 125 cm garis tengah dan jenis kayu yang dipilih biasanya kayu meranti, tidak berlobang, kuyung, tonam atau kayu yang tahan air. Juga diperhatikan tempat-tempat letak pohon tersebut, misalnya dikelilingi oleh arus atau di puncak bukit karena dipercaya berpengaruh kepada kesaktiannya.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Setelah panitia terbentuk, maka panitia akan menentukan kapan akan mencari kayu untuk jalur tersebut dan menunjuk orang yang akan pergi mencari kayu. Setelah kayu tersebut didapati, maka akan dilaksanakan lagi rapat masyarakat guna menentukan siapa tukang, pawang (dukun jalur) dan kapan akan diadakan penebangan kayu jalur tersebut. Proses berikutnya adalah penebangan kayu, sebelum kayu jalur ditebang maka dukun atau pawang jalur terlebuh dahulu memotong ayam hitam untuk diambil darahnya, memotong limau, mayang pinang, limau purut 7 buah, bunga-bungaan 7 macam, membakar kemenyan dan lain-lain.

Baca Juga:  Perahu Baganduang

Dukun atau pawang jalur kemudian membacakan mantra-mantra (jampi-jampi), akhimya setelah dipasangkan obat sekeliling kayu, maka sang dukun memberitahukan kepada tukang tebang kayu untuk memulai menebang, dan dahan kayu yang pertama jatuh ke tanah langsung diambil sang dukun untuk disimpan, yang disebut dengan istilah orang kuantan bahan tuo., Gunanya bagi dukun tersebut adalah untuk melihat apakah kayu jalur itu kayu yang bisa laju bila di perlombakan/di pacukan. Setelah kayu tumbang maka diambillah ukuran jalur sesuai dengan kehendak masyarakat. Tukang yang membuat jalur tersebut terdiri dari 5-7 orang dan bermalam didalam  hutan tersebut selama lebih kurang 10 hari atau pembuatan jalur sudah selesai 40% (terbengkalai/telakar).

Tahap selanjutnya adalah meelo jaluar (menarik jalur) ke kampung untuk dapat disempurnakan pekerjaannya. Dalam pelaksanaan menarik jalur ini dilakukan oleh para generasi muda (bujang gadis), dan orang tua-tua. Bagi yang tua-tua (ibu-ibu) membawa nasi bungkus dan minuman.Menarik jalur (maelo jalur) oleh masyarakat Rantau Kuantan adalah salah satu adat tradisi yang telah membudaya sejak dahulu kala. Jalur ditarik dengan rotan manau yang diikatkan ditengah-tengah jalur yang disebut dengan timbo ruang, lalu tali itu ditarik arah keluan dibawah panggar atau tempat duduk.

Tiap-tiap panggar tali itu diikat sampai kehaluan jalur sehingga dari haluan jalur sampai ke ujung tali mencapai panjangnya lebih kurang 100 meter atau lebih. Disaat menarik jalur tersebut, sering terjadi tali yang digunakan terputus. Maka para penarik jalur akan jatuh berhimpitan diringi tawa ria yang sangat gembira. Disinilah letaknya seni menarik jalur yang sampai saat sekarang tak terlupakan oleh masyarakat Kuantan. Setelah sampai waktunya istirahat tengah hari, panitia memerintahkan agar semua penarik jalur untuk beristirahat guna makan bersama, sholat, dan sebagainya  selama 1,5 jam.

Baca Juga:  Dikei

Setelah jalur yang ditarik tadi sampai dikampung, maka dilanjutkan lagi pekerjaannya hingga selesai. Apabila sudah selesai dilakukan lagi acara mendiang jalur yang dilaksanakan pada malam hari. Pendiangan jalur ini dimeriahkan oleh acara gondang beroguang, randai, saluang  atau kayat. Sesudah jalur tersebut di diang, maka dilakukanlah pengecatan jalur sesuai dengan seni yang diinginkan agar jalur tersebut kelihatan indah. Nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah jalur adalah nilai gotong royong dan perjuangan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *