Scroll ke bawah untuk melihat konten
Lingkup MateriSejarah

Inderagiri dan Kisah-kisah Penamaan

×

Inderagiri dan Kisah-kisah Penamaan

Sebarkan artikel ini

Khairuddin namanya raja Tabal di Teluk Inderagiri Sedap manis dipandang durja Tempat menilik sehari-hari yang diterjemahkan oleh sang penyusun kamus sebagai berikut: Our Ruler’s name is Khairudeen; He reigns at Inderagiri Bay; His kindly look and gracious mien; Hold us entranced from day to day.

Demikian pula dalam Kumpulan Pantun Melayu yang dihimpun oleh Zainal Abidin Bakar (Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1984, pada pantun no. 1418) tersebut pula nama Indragiri seperti di bawah ini:

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Indragiri pasirnya lumat
Kerang bercampur dengan lokan
Bagai nabi kasihkan umat
Begitu saya kasihkan puan.

Dan, pada seuntai pantun yang lain berbunyi seperti tertera di bawah ini:

Sentakkan layar ke Inderagiri
Ikan todak dalam perahu
Air ditelan serasa duri
Tidur tak hendak makan tak mau

Dalam Sejarah Melayu nama Indragiri @ Inderagiri dapat dijumpai berkali-kali. Pada bagian Cetera Yang Keempatbelas tertulis sebagai berikut:

Setelah berapa lamanya Sultan Manshur Syah di Majapahit iyu maka baginda pun hendak kembali ke Melaka. Maka Sultan Manshur Syah pun bermohon pada Betara Majapahit hendak membawa Raden Galuh ke Melaka. Maka diberi oleh Betara. Maka Sultan Manshur pun berlengkap menyuruhkan Tun Bija Sura memohonkan Indragiri. Maka Tun Bija Sura pun pergilah menghadap Betara Majapahit. Maka sembah Tun Bija Sura, “Tuanku, paduka anakda memohonkan Indragiri. Jikalau dianuge-rahkan sebaik-baiknya, Jikalau tiada pun diambil juga.” Maka titah Betara kepada orang besar-besar, “Betapa bicara kamu sekalian karena anak kita hendakkan Indragiri. Baik diberikan atau jangan?” Sembah Patih Aria Gajah Mada, “Baik tuanku dianugerahkan supaya jangan lagi mufaraq kita dengan dia.” Maka titah Betara Majapahit pada Tun Bija Sura, “Pemberian kitalah Indragiri akan anak kita. Segala lurah Tanah Jawa inipun siapatah lagi ampunya dia jikalau tiada anak kita raja Melaka.” Maka Tun Bija Sura pun kembalilah.

Dalam karya Tun Seri Lanang itu disebutkan zaman Raja Merlang dan Raja Narasinga, sehingga teranglah hubungan antara Melaka-Indragiri-Majapahit. Pada Cetera Yang Keduapuluhdelapan tertulis pula sebagai berikut:

Baca Juga:  Melayu dan Asal Mula Penamaan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *