Scroll ke bawah untuk melihat konten
Ekonomi & Mata Pencaharian

Tahapan Berladang Tradisional Melayu Riau

×

Tahapan Berladang Tradisional Melayu Riau

Sebarkan artikel ini

BERLADANG adalah salah satu dari delapan mata pencaharian tradisional dalam sistem ekonomi tapak lapan Melayu Riau. Berladang umumnya ditujukan untuk tanaman padi.

Ladang berada di dataran tinggi atau bukit sehingga sering disebut ladang kasang. Jenis tanaman padi yang ditanam adalah padi kasang atau padi bukit. Berladang umumnya dikerjakan secara batobo baik dalam keluarga (seperut), sesuku (persukuan), ataupun sekampung.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Penanaman padi di ladang bergantung pada hujan yang disebut musim tanam. Penanaman padi dilakukan pada musim hujan dan menuai pada musim panas. Setelah berladang padi, ladang akan ditanami dengan berbagai tanaman berumur pendek seperti jagung, kacang-kacangan, sayur-sayuran, atau ubi-ubian. Proses selanjutnya adalah menanam tanaman keras semisal karet.

Berladang padi kasang sering dilakukan secara berpindah, sebagai upaya menjaga kesuburan tanah. Perpindahan lahan berladang atau ladang berpindah tidak dapat dikatakan merusak hutan. Hal ini dikarenakan ladang berada pada kawasan tanah peladangan atau rimba cadangan yang memang dikhususkan sebagai ‘hutan produksi’. Berladang tidak diperbolehkan di hutan larangan.

Membuka Hutan 
Dalam kehidupan orang Melayu, membuka hutan perladangan tidaklah merusak hutan seperti yang disangkakan pada perilaku ladang berpindah-pindah. Perpindahan ladang diatur dalam siklus yang telah ditetapkan yang biasanya dari lokasi pertama ke lokasi berikutnya berjarak  sekurang-kurangnya tiga tahun. Siklus lanjutannya, orang Melayu akan kembali berladang pada lokasi pertama ini setelah sembilan tahun ditinggalkan.

Membuka hutan diawali dengan menentukan tapak perladangan. Dalam membuka hutan, orang Melayu tidak dibenarkan atau berpantang mengolah hutan gambut dan hutan yang dekat dengan tepian sungai besar. Hutan yang dibolehkan untuk dikelola telah diatur dalam adat. Kepatuhan terhadap aturan itu bersifat mutlak dan atas pelanggarannya dikenakan sanksi. Ketentuan itu berlaku di setiap kelompok komunal Melayu dari satu kampung ke batas kampung lainnya.

Baca Juga:  Ladang

Dalam membuka hutan, unsur tradisi yang berkenaan dengan kebersamaan diberlakukan. Membuka hutan, dilakukan secara bergotong-royong (piaghi). Nilai saling membantu dan memberi terwujud pula dalam upacara membuka hutan. Misalnya, dalam memeroleh bibit (tampang) tanaman yang akan ditanam juga didiskusikan dalam kegiatan membuka hutan ini. Pemberian ini sifatnya tidak dibeli dan tidak pula dengan cuma-cuma. Hal ini diistilahkan dalam kata menyambung tampang atau bila masanya panen nanti, bibit yang digunakan itu dikembalikan pada orang yang memberikan. Unsur kebersamaan ini dibina orang Melayu sebagai nilai-nilai kepatutan.

Tahapan Berladang
Secara umum, tahapan beladang kasang adalah merintis, menebas, menebang, menutuh, melandang, memarit, membakar, memerun, menugal, mempelak, menyiang, menuai, dan menanam tanaman keras.

Merintis
Kegiatan membuat batas kasar ladang yang hendak dibuka. Merintis nantinya akan menentukan luas, batas, dan ukuran tanah ladang. Merintis juga dilakukan untuk membuka atau membuat jalan dari pinggir kampung ke ladang baru.

Menebas
Menebas semak dan kayu-kayuan yang berukuran kecil dilakukan sebelum menebang. Hal ini dimaksudkan agar semak dan kayu-kayu kecil mati dan mengering. Jika kegiatan menebas tidak dilakukan, semak dan kayu-kayu kecil tersebut tetap hidup meskipun kayu bersar yang ditebang menimpanya. Dikaitkan dengan prosesi membakar, orang Melayu memantangkan bila membakar semak dan kayu-kayu kecil yang masih hidup. Membakar hidup-hidup dinilai sebagai perbuatan yang keji dan tidak patut dilakukan.

Baca Juga:  Produk Kreatif Melayu Riau

Menebang
Kayu-kayu yang tidak putus ditetak parang sekali-dua tetak digolongkan ke dalam kayu yang harus ditebang. Menebang harus memerhatikan pertimbangan arah tumbang kayu. Maksudnya, kayu yang ditumbang tidak boleh mengarah ke hutan yang bukan tapak perladangan. Setiap kayu yang ditebang harus mengarah ke tengah lahan atau ladang. Bila tumbang ke arah hutan, dianggap merusak dan mesti membersihkan serta menanam kembali kayu yang rusak sebab ditimpa kayu tebangan. 

Proses menebang dilakukan dengan cara bersama-sama (piaghi, solang hari, dll) oleh kaum lelaki. Biasanya, menebang harus diselesaikan dalam waktu seminggu agar kering (roboh) merata saat prsosesi membakar. Oleh sebab itu, jumlah orang menebang  harus banyak (piaghi, solang hari, dll) agar selesai secepat mungkin.

Menutuh
Menutuh adalah rangkaian kegiatan berladang yang harus dilakukan. Menutuh berfungsi sebagai upaya untuk mengurangi ketinggian api saat membakar ladang. Selain itu, menutuh juga sebagai upaya agar ladang yang dibakar tidak banyak meninggalkan sisa kayu. Pembakaran juga tidak boleh terlalu hangus, sebab, sisa kayu dari pembakaran tersebut berguna membuat galang pembatas jenis tanaman padi.

Melandang
Melandang dilakukan sebelum membakar. Pekerjaan ini adalah kegiatan membersihkan kayu-kayuan dan dedaunan yang ada di tepi ladang atau di sisi hutan. Kayu tersebut dikumpulkan ke tengah ladang agar ketika membakar ladang, api tidak menyambar hutan yang ada disekeliling ladang tersebut.

Memarit
Membatasi lahan ladang dengan bukan lahan ladang. Memarit berupa menebas bagian batas ladang agak bersih sekitar sehasta. Tujuan mamarit adalah agar saat membakar api tidak menjalan ke lahan lain.

Membakar
Dalam kegiatan ini, orang Melayu cenderung melakukannya dengan melihat arah angin. Pada umumnya, ketika membakar, angin akan bertiup kencang. Hal ini pula yang diperhitungkan agar api tidak melarat ke hutan di sekelilingnya. Dalam prosesi ini, orang Melayu melibatkan pawang angin atau orang yang pandai menyiasah arah angin.

Baca Juga:  Maawuo Danau, Tradisi dalam Menjaga Kelestarian Alam

Memerun
Memerun adalah pekerjaan mengumpulkan sisa pembakaran yang masih berserakan. Bagian kayu yang lurus biasanya disusun tata berbentuk persegi (galang) dan bagian yang tidak dapat dipergunakan untuk galang diungguk dan kemudian dibakar.

Menugal
Menugal atau membenih adalah kegiatan menanam benih padi. Pekerjaan ini dilakukan secara bersamaan. Laki-laki ditugaskan menugal dan perempuan mengerjakan membenih. Menugal dimulai pada musim penghujan.

Menugal juga diselingi dengan menanam palawija seperti lada, mentimun, kacang-kacangan, sayur-sayuran seperti daun katuk, peria, rimbang, ubi jalar, dan mengkuang

Mempelak
Mempelak dilakukan dengan menanam tanaman berupa sayur-sayuran disekitar pondok atau uma ladang. Mempelak menjadi aktivitas sampingan sambil menunggu benih padi mulai tumbuh.

Menyiang
Menyiang dilakukan untuk membersihkan rumput-rumput yang mulai tumbuh. Menyiang dilakukan beberapa kali dalam sekali musim tanam.

Menuai
Menuai adalah memanen padi yang telah menguning. Menuai biasanya dilakukan pada musim kemarau secara batobo.

Hasil menuai dihitung berdasarkan kembut, dan apabila hasil panen melebihi enam puluh kembut, maka yang punya ladang akan berzakat (membayar zakat). Berzakat merupakan indikasi keberhasilan berladang. Hasil panen berupa padi (gabah) disimpan dalam rangkiang dan diambil apabila diperlukan untuk keperluan sehari-hari.

Menananam Tanaman Keras
Setelah melalui 2 musim tanam, tanah ladang akan ditanam tanaman keras seperti karet. Proses ini nantinya akan berubah menjadi berkebun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *