Scroll ke bawah untuk melihat konten
KesenianUtama

Nyanyian Pengantar Tidur

×

Nyanyian Pengantar Tidur

Sebarkan artikel ini
Nandung. Festival nandung di Rengat. (foto: budayamelayuriau.org)

A. Pengertian
Nyanyian pengantar tidur adalah nyanyian yang dituturkan sebagai bujuk rayu kepada anak supaya tidur. Lirik nyanyian dipenuhi nilai-nilai berupa ajaran-ajaran agama, nasihat, kasih sayang, harapan-harapan, kritikan, kerinduan ataupun keluh kesah yang diucapkan secara langsung ataupun melalui perumpamaan-perumpamaan.

Nyanyian pengantar tidur termasuk dalam genre nyanyian rakyat, yaitu salah satu genre nyanyian yang terdiri dari kata-kata dan lagu, yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional, serta banyak mempunyai varian (Brunvand, 1968:130). Berbeda dengan kebanyakan bentuk-bentuk lainnya, nyanyian rakyat berasal dari bermacam-macam sumber dan timbul dalam berbagai macam media. Sering kali nyanyian rakyat dipinjam oleh penggubah nyanyian profesional untuk menjadi nyanyian pop atau klasik. Walaupun demikian, identitasnya masih dapat dikenali karena variannya masih beredar secara lisan (oral transmision).

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Lirik nyanyian pada dasarnya berbentuk pantun, syair, frase, atau puisi bebas yang tidak terikat rima. Lirik yang berbentuk pantun terdiri dari empat baris, dua baris pertama berupa sampiran sedang dua baris terakhir berupa isi dengan rima akhir a-b-a-b. Isi pada dua baris terakhir mempunyai muatan kalimah thayyibah berupa nasihat, harapan-harapan, pengajaran, atau rangkaian untaian kalimat “mutiara hikmah” dari petatah-petitih, ungkapan, petuah, peribahasa dan lain sebagainya. Nyanyian pengantar tidur secara umum disampaikan oleh kaum perempuan ketika menidurkan anak dalam buaian atau dalam pangkuan.

Baca Juga:  Nandong, Nyanyian Pengantar Tidur Kuantan

Pada awal perkembangan, lirik nyanyian pengantar tidur berupa nyanyian sederhana dari kalimat tahlil (La Ilaha Illalla) dan kalimat yang merayu agar anak segera tertidur. Nyanyian kemudian berkembang dengan masuknya unsur pantun yang berisi lirik-lirik yang mengandung pengajaran dan nasihat, diselingi dengan tahlil antara tiap bait dan dinyanyikan dengan irama yang menyerupai irama syair. Setiap lirik disajikan dengan kelembutan dan rayuan.

Nyanyian pengantar tidur tidak memiliki irama baku. Namun, dalam penyajian ditemukan beberapa irama berbeda yang sering digunakan. Irama-irama tersebut tidak diberi nama khusus sehingga hanya dikenali dengan nada atau irama saja. Setiap irama juga bisa digunakan untuk menyanyikan lirik-lirik yang lain.
Di dalam penyajian, nyanyian pengantar tidur dituturkan seorang perempuan terutama ibu atau kerabat perempuan ibu lainnya dan jarang dilakukan oleh kaum laki-laki.

Stereotip perempuan sebagai penutur tidak saja bentuk kedekatan emosional keluarga ibu di dalam pola pengasuhan tetapi juga harapan agar sifat-sifat kelembutan seorang ibu (perempuan) diharapkan mendominasi dalam karakter individu sang anak. Perempuan (ibu) sebagai sosok yang jauh lebih dekat kepada anak dibanding lelaki (ayah), merupakan posisi yang sangat dimuliakan dalam lingkungan komunal, baik dalam sistem matrilineal maupun patrilineal yang dianut pendukungnya.

B. Varian Nyanyian Pengantar Tidur
Di beberapa wilayah di Riau, nyanyian pengantar tidur disebut dalam penamaan yang berbeda-beda. Di Inderagiri lagu ini disebut dengan nandung, di Kuantan disebut nandong, di Kampar disebut bagandhu, di Rokan disebut onduo, di Pelalawan, Bengkalis, dan Siak disebut buai anak dan timang anak, di Indragiri Hilir di sebut dudui, dan pada masyarakat Talang Mamak disebut badundung.

Baca Juga:  Asal Mula Pulau Sangkar Ayam-Inderagiri Hilir

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *