Scroll ke bawah untuk melihat konten
EsaiUtama

Gurindam Duabelas: Suatu Pengantar

×

Gurindam Duabelas: Suatu Pengantar

Sebarkan artikel ini
Teks Gurindam Duabelas.

Gurindam Duabelas adalah salah satu karya Raja Ali Haji yang terkenal di Nusantara, ditulisnya tahun 1847 dan terbit tahun 1853. Gurindam Dua Belas berisi dua belas pasal berisi petunjuk dan nasihat yang sesuai dengan jalan sufisme. Karya ini telah diterbitkan dalam teks huruf Arab-Melayu (Jawi) sekaligus diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh E. Netscher dalam tulisannya “De twaalf spreukgedichten. Een maleisch gedicht door Radja Ali hadji van Riouw, uitgegeven en van de vertaling en aanteekeningen voorzien door E. Netscher” yang dimuat dalam Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap II, 1854, halaman 11-31.

Dr. Dendy Sugono dan A. Rozak Zaidan dalam Sejarah Perjuangan Raja Ali Haji sebagai Bapak Bahasa (2004) menjelaskan, melalui Gurindam Dua Belas itu Raja Ali Haji menunjukkan minatnya yang besar terhadap tradisi dan puitika Melayu. Raja Ali Haji begitu menguasai puitika Melayu itu sehingga untuk kepentingan pengajaran dia menggubah ajaran itu dalam bentuk gurindam. Gurindam  yang memendam ajaran tauhid dan akhlak Islami menempatkan Raja Ali Haji pada posisi pujangga berikut fatwanya.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Pembukaan Gurindam Duabelas
Gurindam Duabelas diawali dengan pernyataan rendah hati Raja Ali Haji dalam bentuk syair sebagai berikut.

Dengarkan Tuan suatu rencana
Mengarang di dalam gundah gulana
Barangkali gurindam kurang kena
Tuan betulkan dengan sempurna

Selanjutnya, baca pernyataan gurindam sebagai pengantar,

Bersimpanan yang indah-indah
Yaitulah ilmu yang memberi faedah
Aku hendak bertutur
Akan gurindam yang beratur

Begitulah Raja Ali Haji mengawali ajarannya dalam susun kata yang tiada cela. Bagaimana kita diminta “betulkan dengan sempurna” gurindam yang sempurna itu sebagai gurindam, tentulah sia-sia karena bentuk gurindam itu sudah sempurna.

Kandungan Gurindam Duabelas
Dari segi isi ajaran yang disampaikan, Raja Ali Haji memulai dengan pernyataan iman tauhid sebagai berikut:

Barang siapa tiada memegang agama
Sekali-kali tiada boleh dibilang nama
Barang siapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang makrifat

Empat hal itu mencakupi kenal akan Allah, kenal akan diri sendiri, dan kenal akan dunia. Itulah yang menjadi dasar tauhid seorang hamba dan dinyatakan dalam rangkaian kata yang teratur sebagai gurindam.

Pada gurindam pasal yang kedua dikemuka­kan ihwal prinsip Islam yang mencakupi syahadat, sembayang, berpuasa, berzakat, dan berhaji. Kelima rukun Islam itu dinyatakan dalam lima gurindam, satu rukun dalam satu gurindam. Di sinilah letak kekuatan sistematika ajaran Islam yang disampaikannya. Hal berikutnya yang diajarkan adalah ilmu tasawuf dengan penekanan pada budi pekerti.

Dalam pasal ketiga, misalnya dikemukakan, “Apabila terpelihara mata/Sedikitlah cita-cita// Apabila terpelihara kuping/Kabar yang jahat tiadalah damping// dan seterusnya berurusan dengan ihwal menjaga anggota tubuh yang lainnya juga mulai  dari lidah, tangan, perut hingga kaki.

Pada pasal keempat dikemukakan ihwal menjaga hati: Hati itu kerajaan di dalam tubuh/Jikalau zalim segala anggota pun rubuh. Pasal ini terdiri atas sebelas gurindam dengan keteraturan rima yang tetap terjaga.

Baca Juga:  Salinan Lengkap Teks Gurindam Duabelas Mengikuti Naskah Asli Disertai PDF Arab Melayu

Pasal lima hingga pasal delapan berkaitan dengan ajaran tentang bagaimana berhubungan dengan orang lain, pendeknya bermasyarakat, misalnya ajuran: Jika hendak mengenal orang berbangsa/Lihat kepada budi dan bahasa// //jika hendak mengenal orang yang baik perangai/Lihatlah pada ketika bercampur dengan orang ramai//.

Pada pasal ini pula diungkapkan ajaran kepada anak, misalnya: Apabila anak tidak dilatih/Jika besar bapaknya letih. Ajaran yang berkaitan dengan keluarga itu ditegaskan lagi dalam pasal sepuluh, seperti jangan durhaka kepada bapak, hendaklah hormat kepada ibu, jangan lalai kepada anak, kepada istri (dan gundik) jangan lupa. Peringatan akan bahaya syetan dan iblis masuk juga dalam gurindam kesembilan yang menekankan pentingnya memelihara akhlak dari perilaku syetan dan iblis, dikemukakan: Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan/Bukannya manusia yaitulah syetan// Kejahatan seorang perempuan tua/Itulah iblis punya punggawa// Kebanyakan orang yang muda-muda/Di situlah syetan tempatnya berkuda. Peringatan ini diakhiri dengan anjuran: Adapun orang tua yang hemat/Syetan tak suka membuat sahabat// Jika orang muda kuat berguru/Dengan syetan jadi berseteru. Gurindam Dua Belas ditutup dengan pernyataan : Akhirat itu terlalu nyata/kepada hati yang tidak buta.

Dr. Ahmad Badrun, dalam buku yang sama menjelaskan secara khusus tentang Gurindam Duabelas. Dalam Gurindam Duabelas terdapat kata-kata yang berpasangan. Kata-kata itu  digunakan secara metaforis dan umpamaan. Penggunaan kata seperti itu ada hubungannya dengan sifat gurindam yang terdiri dari dua larik dan sama atau menyerupai kalimat majemuk. Tiap-tiap larik ada kata kuncinya. Kata kunci pada larik pertama berhubungan dengan kata kunci pada larik kedua. Hubungan makna kedua kata itu ada yang bersifat sebab-akibat dan ada pula yang bersifat pernyataan-penjelasan.

Penamaan Gurindam Duabelas
Hanya Raja Ali Haji yang mengetahuinya dengan pasti mengapa gurindamnya dinamai Gurindam Duabelas. Sebagai seorang ulama, guru, dan penyair, Raja Ali Haji tidak sembarangan menggunakan nama. Nama itu mempunyai makna tertentu dan ada hubungannya dengan tujuan yang ingin dicapainya. Kata dua belas adalah indeks jumlah pasal dalam Gurindam Duabelas. Jumlah pasal itu mungkin ada hubungannya dengan jumlah bulan dalam setahun sehingga kata dua belas dapat berarti ‘bilangan bulan’. Bilangan bulan berarti ‘kehidupan’. Gurindam Duabelas adalah gurindam tentang kehidupan.

Pasal pertama Gurindam Duabelas adalah bagian yang paling mendasar. Kata agama dan makrifat merupakan kata kunci (larik 1 dan 2). Kata agama berarti ‘aturan’ atau ‘landasan’. Kata makrifat berasal dari tasawuf yang berarti ‘mengenal Tuhan dengan hati’.

Konsep makrifat dalam Gurindam Duabelas adalah mengenal: Allah, diri, dunia, dan akhirat (larik 3 dan 4). Mengenal  Allah adalah melaksanakan suruhan dan perintah-Nya, yaitu “tidak menyalah” yang berarti ‘pasrah’ (larik 3 dan 4). Mengenal diri  disamakan dengan mengenal Tuhan (larik 7 dan 8). Artinya, langkah awal mengenal Tuhan adalah terlebih dahulu mengenal diri sendiri. Manusia adalah bagian alam dan alam adalah tanda keberadaan Tuhan. Kemudian pada larik 9 dan 10 kata dunia disamakan dengan “barang yang terpedaya”. Dunia berarti ‘sesuatu yang tak berarti’.

Baca Juga:  Salinan Lengkap Teks Gurindam Duabelas Mengikuti Naskah Asli Disertai PDF Arab Melayu

Dalam hal ini akhirat dikontraskan dengan dunia. Dunia adalah mudarat (larik 11 dan 12). Mudarat berarti ‘kerugian’, ‘tak berguna’.Gambaran tentang dunia adalah sama dengan konsep zuhud dalam tasawuh. Dalam mendekatkan diri kepada  Tuhan, pengembara mengabaikan kehidupan kematerian. Cinta pada materi akan menghambat perjalanan menuju Tuhan. Cinta kepada Tuhan lebih utama dan Akhirnya dapat dikatakan bahwa Gurindam Duabelas adalah sebuah sastra sufi. Gurindam Duabelas berisi ajaran tasawuf untuk mencapai tauhid sejati. Seseorang dapat mencapai makrifat jika mengenal: Allah, diri, dunia, dan akhirat. Pemikiran tasawuf Raja Ali Haji termasuk dalam tasawuf transendentalis. Melalui Gurindam Duabelas, pengarang ingin menyampaikan ajaran tasawuf yang bersumber dari ajaran agama yang benar pada pembaca dan penguasa. Para pembaca dan penguasa diharapkan dapat menghayati diri dan hidupnya dalam menuju kehidupan akhirat. Akhirat hanya dapat dipahami oleh orang yang hatinya terbuka pada kebenaran Ilahi.

Pada masa sekarang, ajaran tasawuf dalam Gurindam Duabelas dapat berarti ajaran moral sebagai sarana pembebasan manusia dari belenggu nafsu dirinya. Manusia modern pada umumnya terbelenggu oleh kekuasaan dirinya. Mereka lupa bahwa masih ada kekuatan lain, yang maha dahsat, yaitu Tuhan.  Ajaran moral ini dapat bermanfaat bagi semua umat manusia yang hidup di abad globalisasi. 

Gurindam Duabelas ini adalah salah satu karya puisi Raja Ali Haji yang diciptakan dengan sungguh-sungguh yang memperlihatkan kepeloporan dalam meningkatkan kualitas bahasa Melayu menjadi bahasa modern.

Abdul Kadir Ibrahim dalam tulisannya Andil Raja Ali terhadap Pers Nasional: Mewariskan Kiat Menapis dan Menyerap Informasi (Riau Pos, 1994), menegaskan, Raja Ali Haji bukan saja mencipta Gurindam Duabelas hanya dinilai dari sudut sastra, tetapi juga mengembangkan pemikiran-pemikiran di dalam memantapkan nilai-nilai kultural yang dikaitkan dengan komunikasi dengan pengungkapan bahasa yang khas. Lalu dalam tulisan yang berjudul Al Quran dan Hadis Sandaran Gurindam Dua Belas (Sijori Pos, 2002) Abdul Kadir Ibrahim menjelaskan bahwa kata-kata, kalimat-kalimat seluruh Gurindam Dua Belas merupakan saripati, inti (teras) dari sejumlah firman Allah dan Hadis Rasulullah. Ini, memberitahu kepada kita, bahwa Raja Ali Haji alangkah memahami dan mendalami ajaran agamanya, yakni Islam.

Dengan kata lain, dari pemahamannya terhadap Al Quran dan Al Hadist, Raja Ali Haji mencoba melakukan suatu terobosan akbar. Bahwa, perlu cara tepat untuk lebih memberi kemaknaan kepada khalayak tentang hakikat daripada ajaran Islam yang tertuang dalam Al Quran dan Al Hadist melalui bahasa ibu masyarakatnya. Maka, dia buatlah sebuah karya yang bersandar dari ayat-ayat Allah dan Hadist Rasulullah, yang dinamainya Gurindam Dua Belas itu.

Sebagai misal, kita ambil bagian Gurindam pasal yang kedua. Barang siapa meninggalkan sembahyang//Seperti rumah tiada bertiang. Gurindam ini bersandar kepada hadist Rasulullah, yang artinya “Shalat adalah tiang agama. Barang siapa menegakkan shalat berarti dia menegakkan agama dan barang siapa meninggalkan shalat berarti merubuhkan agama”. Dan, Firman Allah: “Dan dirikanlah shalat…” (QS.2:43). Bait Gurindam berikutnya: Barang siapa meninggalkan puasa //Tidaklah mendapat dua termasa. Dua termasa, dapat kita pahami manfaat dan faedah dunia dan akhirat. Ayat Allah sebagai sandaran Gurindam ini, yang artinya “Hai orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS 2:183) “Siapa yang berbuka pada satu hari dari bulan Ramadhan tanpa keringanan (kebolehan) yang diberikan Allah padanya, tiadalah akan dapat dibayar oleh puasa sepanjang masa walau dilakukannya”. (Hadist Riwayat Abu Daud, Ibnu Mahaj dan Turmudzi).

Baca Juga:  Salinan Lengkap Teks Gurindam Duabelas Mengikuti Naskah Asli Disertai PDF Arab Melayu

Bait Gurindam selanjutnya: Barang siapa meninggalkan zakat/Tiadalah hartanya boleh berkat. Sandarannya antara lain pada Firman Allah yang artinya: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil (tidak berzakat) dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan, itu akan dikalungkan kelak dilehernya di hari kiamat…”(QS. 3:180). Hadist Rasulullah, antara lain diriwayatkan Ahmad, Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, yang artinya: “… tiada seorang pun yang menyimpan harta dan tak hendak mengeluarkan zakatnya, kecuali akan dipanaskan harta itu di neraka jahanam dan akan dijadikan kepingan-kepingan lalu disetrikakan dikedua pinggang dan keningnya…” (Sayyid Sabiq, Fiqih Islam 3, 1990:15).

Prof. Dr. Chamamah Soeratno, dalam tulisannya mendukung Raja Ali Haji ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, dengan tajuk “Meniti Jejak Sejarah, Mengantarkan Bangsa Menapak Masa Depan Tinjauan Atas karya-karya Raja Ali Haji” (2004), menjelaskan bahwa beberapa buah karyanya, utamanya Gurindam Duabelas, berkaitan dengan nilai-nilai budaya kreatif, inovatif, dan menyampaikan ajaran yang aplikatif dan pragmatis yang diperlukan oleh bangsa dalam menghadapi tantangan global, mengundang perhatian untuk mentransformasi­kannya dalam budaya bangsa yang global. Karya-karyanya juga memberi sumbangan yang besar kepada bangsa sehingga bangsa Indonesia menempati kedudukan sebagai negara  dengan jumlah muslimnya yang terbesar. Semoga dengan pencermatan karya-karyanya, generasi kemudian dapat terpanggil untuk mentransformasikannya dalam era baru sehingga mewujudkan tidak hanya terbesar dalam kuantitas, tetapi juga unggul dalam kualitasnya.

Karena kemasyhurannya itu Gurindam menjadi icon dan slogan kota Tanjungpinang yang merupakan singkatan dari Gigih, Unggul, Rapi, Indah, Nyaman, Damai, Aman dam Manusiawi. Gurindam, mengandung makna Kota Tanjungpinang ditata secara terpadu untuk menciptaan lingkungan yang indah, hijau, berbunga, bersih, memiliki daya pemikat bagi wisatawan. Merupakan cerminan dari pemerintah yang berwibawa, bebas dari penyalahgunaan wewenang yang merugikan masyarakat dan bertindak berdasarkan adat istiadat, budaya, moralitas dan kemanusiaan. Dengan demikian, maka slogan Bestari yang sebelumnya menjadi slogan kota itu tidak dipergunakan lagi.

Rujukan:
Hasan Junus, dkk., 1996. Raja Ali Haji dan Karya-karyanya, Pekanbaru: Pusat Pengajian Bahasa dan Kebudayaan Melayu-Unri.
2004. Gurindam Dua Belas Raja Ali Haji. Tanjungpinang Kota Gurindam. Pemerintah Kota Tanjungpinang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *