Scroll ke bawah untuk melihat konten
Nilai & AzasUtama

Menyukuri Nikmat Allah Swt

×

Menyukuri Nikmat Allah Swt

Sebarkan artikel ini

Di dalam untaian syair dikatakan:

Wahai ananda dengarlah madah,
Syukuri segala nikmat Allah 
Karunia-Nya banyak tiada hingga 
Supaya hidupmu beroleh berkah

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Wahai ananda dengarlah pesan, 
Bersyukurlah engkau kepada Tuhan 
Nikmat-Nya banyak bukan buatan 
Supaya selamat di hari kemudian

Wahai ananda dengarlah amanat, 
Bersyukurlah engkau beroleh nikmat
Karunia Allah wajib diingat 
Supaya hidupmu beroleh rahmat

Wahai ananda dengarlah petuah, 
Banyakkan syukur kepada Allah 
Nikmat-Nya banyak berlimpah-limpah 
Supaya imanmu terus bertambah

Wahai ananda dengarlah nasehat, 
Mensyukuri nikmat jangan terlambat 
Siang dan malam hendaklah ingat 
Supaya hidupmu mendapat berkat

Bagi orang Melayu, mensyukuri nikmat Allah tidak dapat ditawar-tawar. Orang yang tidak bersyukur atas karunia Allah dianggap kufur (paling tidak kufur nikmat) dan tak tahu diri. Oleh karenanya, semua orang harus mensyukuri nikmat yang diterimanya serta memanfaatkannya untuk keselamatan diri, keluarga, dan masyarakatnya. Dalam ungkapan dikatakan, “dengan nikmat Allah hidup berfaedah”, “siapa yang memanjangkan karunia Tuhan, hidup matinya dalam beriman”, dan “siapa memanjangkan karunia Allah, dunia akhirat beroleh berkat”. Prinsip mensyukuri nikmat dan karunia Allah serta memanfaatkan dengan sebaik-baiknya di jalan yang diridhoi Allah akan mengembangkan sikap “tahu diri” dan tenggang rasa, serta menumbuhkan rasa kesetiakawanan dalam sosial masyarakat. Orang tua-tua mengatakan, “mulia rizki dibagi-bagi, elok harta karena merata” dan “rizki sama dibagi, nikmat sama mendapat, karunia sama merasa”. 

Baca Juga:  Taat Setia Kepada Pemimpin

Orang Melayu juga melarang orang yang hanya mementingkan diri sendiri dan tidak memikirkan orang lain yang membutuhkan bantuannya. Dalam ungkapan dikatakan, “rizki pantang sendiri, harta jangan membawa celaka”. Dalam ungkapan lain ditegaskan, “rizki jangan dibawa mati”. Ungkapan lain mengingatkan supaya karunia dan nikmat yang diberikan Allah jangan sampai membawa kebinasaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat, bangsa, dan negaranya. Ungkapan itu berbunyi, “rizki jangan mematikan, harta jangan membutakan, nikmat jangan menyesatkan”. Kunci dari kebermanfaatan harta, karunia, dan nikmat yang dilimpahkan oleh Allah kepada makhluk-Nya adalah kesadaran orang mensyukuri semua karunia itu dan memanfaatkannya untuk kepentingan diri, kaum, masyarakat, bangsa, dan negaranya secara ikhlas.

Rujukan: Tim LAMR. 2018. Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau. Pekanbaru: Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *