Scroll ke bawah untuk melihat konten
SejarahUtama

Masyarakat Adat Talang Mamak

×

Masyarakat Adat Talang Mamak

Sebarkan artikel ini
Kakak adik Talang Mamak di Talang Lakat. (foto: budayamelayuriau.org)

Talang Mamak adalah komunitas masyarakat hukum adat yang berdiam di wilayah Indragiri Hulu, Riau. Pada masa lalu, komunitas ini hidup berpencar-pencar di daerah hutan dengan sistem mata pencaharian yang masih sederhana yaitu sistem peladangan berpindah. Tanah peladangan dipakai secara bergiliran, sehingga membentuk siklus. Hasil pertanian mereka meliputi padi, ubi, getah karet, jelutung, rotan, madu lebah dan membuat gula enau. Aktivitas lainnya adalah berburu, meramu, dan mencari ikan.

Penamaan Talang Mamak
Penyebutan Talang Mamak bermula pada saat raja Kerajaan Inderagiri memerintah yang didampingi oleh seorang Patih sebagai Perdana Menteri dan seorang Temenggung yaitu Datuk Temenggung Kuning. Karena takut mendapat serangan Singosari tahun 1275 dengan Ekspedisi Pamalayu yang telah sampai ke Kerajaan Pamalayu di Jambi, maka Patih mengusulkan untuk memanggil Raja Indragiri yang berada di Malaka, yaitu Raja Narasinga II (1423-1523) agar kembali. Keinginan ini disampaikannya kepada Datuk Temenggung. Namun kedua pembesar ini berbeda pendapat ketika bertemu di Bukit Bertingkah.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Patih tetap meneruskan niatnya dan menjemput raja ke Malaka dengan mempergunakan rakit (sampan) yang terbuat dari kayu kulim, yang kemudian dikenal cerita rakit kulim. Setelah raja tiba di Inderagiri, disiapkan sebuah kolam atau sumur yang dindingnya terbuat dari loyang untuk dinobatkan. Kampung tempat kolam itu dibuat kemudian dikenal dengan nama Keloyang saat ini.

Baca Juga:  Hingga Kini, RUU Masyarakat Adat Masih Belum Disetujui DPR

Semua keturunan patih kemudian disebut “langkah lama”, karena telah lebih dahulu bermukim di Inderagiri. Pihak Kerajaan Indragiri juga memanggil setiap lelaki keturunan patih dengan kata mamak sebagai baso-baso (sekedarnya saja) akhirnya dikenal dengan Suku Talang Mamak.

Menurut Patih Sutan Pangeran, Patih Suku Talang Mamak yang ke-28, bahwa Suku Talang Mamak mempunyai hubungan yang erat dengan Datuk Perpatih Nan Sebatang yang bertugas sebagai kelana, memeriksa berbagai daerah di Rantau Kuantan. Setelah menjalakan tugasnya, ia mengakhiri perjalanan dengan mengambil tempat di Sungai Limau dekat Keloyang saat ini. Akhirnya Datuk Perpatih menetap di tempat ini.

Disebabkan Inderagiri semakin ramai, maka Datuk Perpatih memanggil seorang kemenakannya yang berada di Johor, bernama Raja Asli untuk dinobatkan menjadi raja di Inderagiri. Penobatan dilakukan pada suatu kolam yang terbuat dari loyang, sehingga kemudian disebut Keloyang. Setelah Kerajaan Inderagiri memeluk agama Islam, maka Datuk Perpatih dengan keturunannya memisahkan diri dan  membangun kampung Petalangan di Durian Cacar.

Pihak Kerajaan Inderagiri kemudian memperlakukan wilayah Petalangan sebagai daerah istimewa, karena merupakan tempat tinggal mamak dari raja. Kerajaan tidak mencampuri kehidupan masyarakat Talang, dan rakyat Petalangan memberikan penghormatan kepada pihak kerajaan dengan memberikan hadiah kepada Sultan Indragiri setiap Bulan Haji. Talang tempat tinggalnya kemudian dikenal dengan nama “Talang Mamak”, yang berarti talang tempat kediaman mamak.

Menurut Batin Madi, Batin Talang Sungai Limau, patih yang memisahkan diri di Durian Cacar mempunyai tiga orang putera, yaitu Kelopak, Besi, dan Bunga yang menurunkan suku Nan Sebatang. Ketiga anak patih tersebut adalah patih besi atau patih tua yang berkedudukan di Sungai Parit, patih kelopak atau patih tengah berkedudukan di Talang Perigi, dan patih bunga atau patih bungsu berkedudukan di Durian Cacar. Namun dari ketiga patih tersebut, hanya patih bunga yang mewariskan patih kepada keturunannya, sedangkan patih kelopak dan patih besi hanya menjadi batin.

Baca Juga:  Hingga Kini, RUU Masyarakat Adat Masih Belum Disetujui DPR

Pada saat agama Islam kian berkembang, sebagian keturunan patih memilih agama Islam dan menetap di Keloyang. Mereka kemudian disebut Melayu. Sedangkan yang masih menjalakan adat istiadat Talang Mamak tetap menetap di tiga balai.

Asal Usul
Jika dilihat dari pandangan orang Talang Mamak tentang asal usul, mereka terbagi ke dalam komunal dua kelompok utama, yaitu Talang Mamak Sungai Limau dan Talang Mamak Sungai Gangsal. Kelompok pertama bermukim di sekitar daerah aliran Sungai Limau dan Sungai Cenaku, sedangkan kelompok kedua bermukim di sekitar daerah aliran Sungai Batang Gangsal dan Sungai Batang Akar yang berada di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *