Scroll ke bawah untuk melihat konten
Pemimpin dalam Budaya MelayuUtama

Etika Kepemimpinan Melayu Riau

×

Etika Kepemimpinan Melayu Riau

Sebarkan artikel ini
Penghulu Pangeang 1910. (foto: budayamelayuriau.org)

4. Mempertahankan Martabat Wilayah

Bila kampung tidak memiliki hutan, maka dapat dikatakan bahwa kampung tersebut kehilangan muruah (marwah). Kepemimpinan Melayu wajib mempertahankan martabat wilayah, termasuk hutan, sungai atau laut, tanah, dan lain sebagainya. Dalam ungkapan tunjuk ajar Melayu dikatakan bahwa pemimpin yang sejati adalah pemimpin yang mampu mempertahankan muruah negeri:
kalau hendak tahu pemimpin sejati
tengoklah ia memimpin negeri

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

C. Syarat Menjadi Pemimpin
Syarat menjadi pemimpin dalam budaya Melayu merujuk pada syarat menjadi pemimpin dalam Islam. Dalam ungkapan tunjuk ajar Melayu, memilih pemimpin mesti karena tabliq, fathanah, amanah, dan shidiq. Keempat syarat tersebut dituangkan dalam tunjuk ajar Melayu, sebagai berikut:

Kalau hendak memilih pemimpin: 
Pilihlah karena budinya 
Pilihlah karena lakunya 
Pilihlah karena budi bahasanya 
Pilihlah karena adilnya 
Pilihlah karena benarnya 
Pilihlah karena taat setianya 
Pilihlah karena petuah amanahnya 
Pilihlah karena tenggang rasanya 
Pilihlah karena tegur sapanya 
Pilihlah karena ikhlas hatinya 
Pilihlah karena mulia ilmunya 
Pilihlah karena tanggung jawabnya
Pilihlah karena iman takwanya 
Pilihlah karena lapang dadanya 
Pilihlah karena bijak akalnya 
Pilihlah karena sifat tuanya 
Pilih karena cergas rajinnya

1. Shidiq
Sifat shidiq tergambar dalam kepribadian seseorang yakni pada perilaku, perkataan, perbuatan, dan tindakannya dapat dipercaya. Sikap jujur dianggap sebagai suatu keberanian mengakui kebenaran apa adanya. Maka, seorang pemimpin Melayu diharuskan memiliki sifat shidiq agar suara kebaikan tetap lantang terdengar dalam hidup dan kehidupan orang Melayu secara menyeluruh. 

Baca Juga:  Kesantunan dalam Bahasa Melayu

Pada dasarnya kejujuran merupakan fondasi yang kokoh dan mendasari iman seseorang tetap terjaga. Jika dari hal yang kecil saja ia sudah terlatih untuk jujur maka untuk urusan yang lebih besar ia pun akan takut berbuat curang. Ketakutan pada Allah sebagai dasar dan akan membuat seorang pemimpin menjadi berani melakukan sesuatu yang benar demi mendapatkan rida Allah. Dengan demikian kesejahteraan rakyat yang dipimpin akan terus meningkat. Dari keberanian itu pula akan menghasilkan kepempimpinan yang berwibawa, berintegritas, dan ditaati oleh orang yang dipimpinnya.

2. Amanah
Hakikat amanah yaitu menjaga dan menjalankan kewajibannya. Sifat amanah, taat, setia, teguh pendirian, dan ter­percaya amat dihormati orang Melayu, orang tua-tua Melayu mengatakan, bahwa sifat amanah mencerminkan iman dan takwa, menunjukkan sikap terpercaya, menunjukkan tahu tanggungjawab, jujur dan setia. Oleh karenanya, setiap ang­gota masyarakat dituntut memiliki sifat-sifat tersebut, supaya hidupnya beroleh berkah dan sejahtera. 

Dalam ungkapan di­katakan, orang amanah membawa tuah, orang amanah membawa marwah, dan orang amanah dikasihi Allah. Un­gkapan lain menyebutkan, siapa hidup memegang amanah, dunia akhirat beroleh berkah, dan siapa hidup memegang amanah, kemana pergi tidakkan susah.

Sebaliknya, orang yang tidak amanah dianggap ing­kar, tak dapat dipercaya, dan tidak bertanggung jawab. Orang ini tidak mendapat tempat yang layak dan dijauhi masyarakat. Dalam ungkapan dikatakan, siapa tidak memegang aman­ah, tanda dirinya tidak semenggah dan siapa hidup tidak amanah, hidup celaka mati menyalah.

Dalam tunjuk ajar Melayu, petuah tentang amanah amat banyak. Mengutamakan amanah dalam setiap soalan kehidupan adalah penanda kemelayuan. Melanggar amanah dianggap sebagai merusak kemelayuannya sendiri. Padanya dianggap sebagai seseorang yang tiada boleh dikatakan sebagai Melayu.

Baca Juga:  Pemimpin dalam Budaya Melayu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *