Scroll ke bawah untuk melihat konten
Pemimpin dalam Budaya MelayuUtama

Etika Kepemimpinan Melayu Riau

×

Etika Kepemimpinan Melayu Riau

Sebarkan artikel ini
Penghulu Pangeang 1910. (foto: budayamelayuriau.org)

A. Pengertian
Etika adalah ilmu yang menuntun seseorang untuk mengetahui tentang hal yang buruk, hak, dan kewajiban moral (akhlak). Sedangkah pemimpin adalah orang yang memimpin, berasal dari kata pimpin yang berarti bimbing atau tuntun. Kepemimpinan bermakna perihal pemimpin dan/atau cara memimpin. Dalam pengertian umum, kepemimpinan adalah suatu proses ketika seseorang memimpin (direct), membimbing (guide), memengaruhi (influence) atau mengontrol (control) pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain. Ilmu diperlukan sebagai bekal untuk memimpin, sedangkan seni diperlukan untuk menerapkan ilmu tersebut sehingga pemimpin dapat berjalan dalam nuansa yang sejuk dan simpatik.

Raja Ali Haji dalam karyanya “Tsamarat al-Muhimmah” (1858) menjelaskan, kepemimpinan merupakan konsep tritunggal Melayu-Islam: khalifah-sultan-imam. Makna simbolik ‘khalifah’ adalah kewajiban mendirikan agama berdasarkan Alquran, sunah nabi, dan ijmak. Pemimpin sebagai ‘sultan’ bermakna kewajiban menegakkan hukum secara adil berdasarkan pedoman Allah dan rasul-Nya. Dalam kandungan makna ‘imam’, pemimpin harus berada paling depan di dalam situasi apa pun, sehingga menjadi ikutan semua orang di bawah kepemimpinannya. Dengan demikian, siapa pun yang mengindahkan dan menerapkan ketiga syarat kepemimpinan, maka akan mendapat hidayah dan inayah Allah dalam kepemimpinannya.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Seorang pemimpin tidak boleh mengajukan diri untuk menjadi memimpin. Ia harus ditunjuk dan dipilih oleh masyarakat yang akan dipimpinnya. Pada saat menjadi pemimpin, ia juga tidak boleh meminta diagungkan ataupun dipuja. Dalam pepatah Melayu, seorang pemimpin hanya didahulukan selangkah, ditinggikan seranting, dan dilebihkan sebenang.

Pemimpin dalam Melayu berkedudukan sebagai pelayan (khadam). Pemimpin dituntut lebih banyak berbuat untuk khalayak atau tidak mementingkan kesenangan diri sendiri. Meskipun sebagai pelayan, sesungguhnya pemimpin ditempatkan pada tempat yang mulia. Kemulian akan diperoleh bagi pemimpin yang telah berlaku adil dalam memimpin masyarakatnya.

Baca Juga:  Kesantunan dalam Bahasa Melayu

Dalam ungkapan berikut menggambarkan kedudukan pemimpin dalam budaya Melayu adalah suatu kemulian:
didahulukan selangkah
dilebihkan sehari
dilebarkan setapak tangan
ditinggikan seranting
dilebihkan sebenang

Ungkapan tersebut bermakna suatu keharusan seseorang dalam mentaati pemimpin. Karenanya, pemimpin harus pula menunjukkan ketaatan atau kepatuhannya pada segala hal yang diatur dalam hukum. Hal itu akan mendidik orang-orang yang dipimpin untuk menghormati, mentaati, dan mematuhi sepanjang pemimpin tersebut menjalan­kan kewajibannya dengan baik dan benar. Bila seseorang yang dipimpin tidak taat pada pemimpin yang benar, kepadanya dikatakan sebagai pendurhaka.

Dalam tunjuk ajar Melayu, setiap individu harus mampu menjadikan dirinya sebagai pemimpin atau orang “yang dituakan.” Sekurang-kurangnya, menjadi pemimpin dalam rumah tangga atau keluarganya. Sebagai pemimpin, ia mesti memberikan tunjuk ajar kepada yang dipimpinnya sebagai bentuk tanggung jawabnya. Dalam memberikan tunjuk ajar, seorang pemimpin harus memperli­hatkan sikap dan perilaku terpuji sesuai dengan kedudukan dan kandungan isi tunjuk ajar yang akan diajarkannya. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *