Scroll ke bawah untuk melihat konten
Lingkup MateriPemimpin dalam Budaya MelayuUtama

Orang Patut dan Orang Siak dalam Tradisi Melayu

×

Orang Patut dan Orang Siak dalam Tradisi Melayu

Sebarkan artikel ini
Tepak Sirih. (foto: budayamelayuriau.org)

Masyarakat Melayu di Riau mengenal tipe kepemimpinan yang disebut “orang patut”. Istilah ini merupakan sebutan untuk seorang yang cerdik cendikia, mempunyai kemampuan ruhaniah yang cukup besar dan memperlihatkan kemampuan ini dalam tindak perbuatan yang melampaui kemampuan orang kebanyakan. Orang patut mampu merancang tata nitai dalam tingkat kemanusiaan. Sebagian besar di antara mereka bertindak  sebagai  pembesar adat, pemimpin formal melalui tatacara lembaga adat. Pada masa dulu mereka berperan dalam tingkat kerajaan, luhak, kenegerian, dan suku atau belahan puak mereka masing-masing. 

Ketajaman ruhani dalam pandangan orang Melayu Riau tidak hanya terbatas pada cara latihan dan menuntut ilmu pengetahuan saja, tapi juga boleh didapat dengan cara lain, seperti dengan menuntut ilmu rahasia atau ilmu gaib. Oleh sebab itu, para dukun dan para guru silat juga termasuk ke dalam kelompok orang cendikia, meskipun tidak semua mereka disamaratakan begitu saja. Dengan ilmu rahasia yang dimiliki dukun dan guru silat, mereka dipandang mampu pula mengetahui sesuatu yang misteri, yang bagi orang awam belum tentu dapat dijangkau.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Tetapi baik orang cerdik cendikia dalam lapangan adat maupun orang cerdik dalam bidang tradisi seperti dukun dan guru silat, masih tetap terbalas nilai-nilai kemampuannya pada tingkat manusia. Bagaimanapun juga, ini semuanya diperoleh dari kemampuan manusiawi, dalam arti kualitasnya berada pada tingkat manusia sebagai makhluk. Setelah orang Melayu menganut agama Islam, maka nilai-nilai yang telah dirancang oleh pengasas tradisi Melayu, dipandang perlu diperbaiki. Sebab tingkat kemampuan ruhani manusia mencari kebenaran tetaplah terbatas. Jalan yang dilihat untuk mendapatkan kebenaran dalam tatanilai yang sempurna tiada lain daripada agama Islam. Tatanilai adat atau undang-undang negara sekarang ini mereka pandang hanya sekedar menjawab tantangan hidup keduniaan. Sedang rupanya setelah dunia sirna, masih ada lagi kehidupan akhirat yang kekal. Maka, agama Islam hadir ke hadapan orang Melayu menawarkan kebenaran untuk mencapai kesejahteraan pada yang fana serta pada yang abadi. Hasilnya, tatanilai yang semesta itu diterima dengan rela oleh orang Melayu, sehingga kemudian terbukti agama ini menjadi suatu identitas pula bagi masyarakat mereka.

Baca Juga:  Adat

Penerimaan orang Melayu Riau secara sukarela terhadap agama Islam dengan segala nilai kebenaran yang diberikannya, menyebabkan orang-orang yang berilmu dan mengamalkan ajaran Islam memperoleh perlakuan dan penghormatan yang tinggi dalam kehidupan. Mereka juga dipandang sebagai orang cerdik cendikia. Terhadap mereka digunakan kata orang siak yang bisa merujuk kepada guru surau, para imam, tengku, lebai, malim, sampai kepada ulama yang mempunyai pengaruh yang luas.

Dengan demikian dalam dunia tradisi Melayu Riau paling kurang ada tiga macam cerdik cendikia. Pertama kaum cerdik cendikia dalam hal hidup dunia, yaitu para perancang dan pemuka adat yang sebagian juga pernah berperan sebagai pemegang kekuasaan dalam hidup bermasyarakat. Kedua kaum cendikiawan yang menguasai ilmu-ilmu rahasia, seperti dukun dan guru silat yang boleh dikatakan melalui semacam ilmu tarekat. Ketiga, orang siak, orang yang menguasai dan mengamalkan ajaran Islam, yang ilmunya meliputi segala-galanya kecuali zat Tuhan.

Ketiga golongan ini tidak selalu dibedakan dengan tegas dalam kenyataan masyarakat Melayu Riau. Dua bidang atau ketiganya kadang-kadang dimiliki oleh satu pribadi. Karena itulah dapat dijumpai seorang datuk (pemuka adat) juga seorang orang siak, atau sebaliknya. Juga ada seorang siak yang merangkap pemuka adat, yang kadangkala juga bisa bertindak sebagai dukun. Barangkali oleh realitas serupa ini, dunia tradisi Melayu memakai istilah orang patut untuk menunjukkan para cendikia tersebut.

Baca Juga:  Etika Kepemimpinan Melayu Riau

Dengan istilah orang patut tampak suatu konsep dengan pengertian yang lebih sederhana. Orang itu dipandang patut karena dia mempunyai pengetahuan dan kemampuan berbuat dalam bidang yang disukainya, sehingga dia mempunyai suatu makna dalam kehidupan masyarakatnya. Dengan satu atau beberapa kemampuannya yang amat memadai, dia menjadi orang yang dipandang patut atau layak oleh masyarakat untuk diserahi sesuatu tugas, yang bagi orang kebanyakan tidak mungkin dapat melakukannya dengan baik. Kepada orang serupa ini diharapkan petunjuk, nasehat, jalan penyelesaian, hukum, dan perdamaian. 

Rujukan:

Elmustian Rahman, Derichard H. Putra, Abdul Jalil. 2009. Riau Tanah Air Kebudayaan Melayu. Pekanbaru: Program Muhibah Seni Universitas Riau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *