Scroll ke bawah untuk melihat konten
Lingkup MateriMakanan Tradisional

Nilai-nilai dalam Makanan Melayu

×

Nilai-nilai dalam Makanan Melayu

Sebarkan artikel ini

Makanan Melayu

Makanan merupakan keperluan dasar manusia dalam menjalankan metabolisme tubuh. Sumber makanan dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan  dan hewan. Selain untuk memproduksi energi, makanan juga sebagai alat untuk bertahan hidup. Makanan yang sehat, tentu akan berpengaruh pada kesehatan jiwa dan raga manusia. Sebaliknya, makanan yang tidak sehat tenntu akan menimbulkan sakit jiwa dan raga. Maka dari itu, ketentuan halal dalam makanan orang Melayu sangat mutlak.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Oang Melayu mengatur segala aspek kehidupannya dengan budaya, termasuk hal makanan. Makanan bagi orang-orang Melayu juga menciptakan identitas atau jati diri sebagai Melayu. Cita-rasa khas dalam suatu makanan dianggap sebagai cerminan budaya sekelompok orang. Penamaannya pun sering dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan orang Melayu. Selain itu, makanan akan menjadi populer apabila cita-rasanya enak dan bersih, maka seseorang akan mencari tahu tentang Melayu.

Orang Melayu, menjadikan nasi putih sebagai makanan pokok sehari-hari, dilengkapi dengan lauk-pauk dan sayur-mayur sebagai pelahap makan. Sebagai penambah selera, disertakan dengan berbagai jenis sambal seperti sambal belacan, cencaluk, dan ulam seperti putik buah, umbi dan dedaunan. Bersama-sama hidangan lauk, disediakan juga air untuk minuman.

Hampir semua makanan orang Melayu dimasak dengan cara direbus, digoreng, dipanggang, disalai, dan dikukus. Sebagian kecil pula diawet untuk tahan lama. Sebagian lagi dimakan mentah atau dicelur. Orang Melayu kerap menggunakan rempah-rempah sebagai bumbu masakan. Biasanya rempah-ratus ini ditumbuk atau digiling sebelum dimasak. Bahan-bahan yang telah digiling atau ditumbuk ini dimasak dengan air atau santan bersama-sama ikan, daging, ayam atau sayur-sayuran, dan lain-lain.

Baca Juga:  Rendang

Nilai-Nilai dalam Makanan

Dalam adat dan adab orang Melayu, nilai-nilai dalam makanan diatur mulai dari tata cara meracik makanan atau pengolahannya, ketika memakan, dan setelah makan. Aturan itu bersifat mutlak, maka orang Melayu berpantang bila memakan makanan yang pengolahannya tak sesuai dengan adat dan adab Melayu. Selain itu, penghargaan pada makanan juga sangat kental adanya. Misalnya ketika tuan rumah menyajikan makanan dan minuman bagi tamunya, mestilah penyajian itu ikhlas tulus. Maka, penghargaan tamu terhadap makanan dan minuman itu adalah dengan segera memakannya.

Dalam pengolahan makanan, seseorang perempuan dilihat telah mampu menjadi seorang istri ketika tata cara menyiang ikan sesuai dengan aturannya. Orang Melayu memotong ikan dengan cara dimiringkan atau bukan lurus seperti memepat kayu. Sebab, ikan yang dipotong lurus hanya diperuntukkan sebagai makanan binatang –umpan ketika memancing atau menajur–. Maka berpantang orang Melayu memakan ikan yang dipotong lurus atau dianggap sebagai penghinaan pada seseorang jika menyajikan lauk yang dipotong pepat.

Menghadap makanan atau saat makan juga diatur dalam adab dan adat orang Melayu. Dalam ungkapan Melayu, Tenas Effendy, melalui bukunya “Tunjuk Ajar Melayu” menyebutkan, “makan jangan menghabiskan, minum jangan mengeringkan” dimaksudkan sebagai nilai mendapat sama berlaba dan hilang sama merugi. Lalu dijabarkan Tenas Effendy sebagai “makan jangan kenyang seorang, ingat-ingat penderitaan orang”. Maka, makan dapat diterjemahkan hanya sebagai cara bertahan hidup atau makan lebih utama kepada sikap saling berbagi.

Baca Juga:  Rendang Paku

Adat dan adab yang menjadi aturan dalam makan bersama. Makan bersama biasanya dianggap sebagai majelis. Seseorang yang lebih dahulu selesai makan tidak baik meninggalkan majelis sebelum semua orang selesai makan. Di kalangan Melayu hulu sungai pula, ada larangan makan mengangkat pinggan. Jika seseorang mengankat pinggan dalam jamuan makan (majelis), ia dianggap sebagai orang tak tahu adat.

Menyudahi makan dalam praktiknya seorang Melayu  mengucapkan syukur kepada Allah SWT. Selain itu, pinggan makan yang digunakan mesti dibasahi dengan air basuh tangan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah kaum perempuan dalam menyuci perlengkapan makan. Pinggan yang kering, biasanya lebih susah dibasuh, sebab sisa kuah dan minyak melekat dan mengeras. Perlakuan yang lain, kaum laki-laki mengumpulkan perlengkapan makan di tengah majelis. Hal ini untuk memudahkan tuan rumah dalam mengangkat perlengkapan jamuan ke dapur.

Rujukan: Tim LAMR. 2018. Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau. Pekanbaru: Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *