Scroll ke bawah untuk melihat konten
Adat & AdabLingkup Materi

Komunitas Sakai: Sejarah dan Sistem Perbatinan

×

Komunitas Sakai: Sejarah dan Sistem Perbatinan

Sebarkan artikel ini

Sumbangan orang Sakai kepada ekonomi kerajaan adalah melalui perdagangan serahan. Hal ini merupakan sebuah jaringan perdagangan yang memberikan orang-orang di wilayah-wilayah hulu dan pedalaman basis komoditas seperti garam, parang, dan besi, sarung dan kain serta barang-barang konsumsi lainnya untuk dipertukarkan dengan hasil hutan.                 

Pada awal abad ke-20, kelompok orang asli menjalani proses Islamisasi yang digerakkan oleh kerajaan. Para batin diminta untuk menerima keyakinan Islam. Sultan Siak juga mencoba mentransformasikan praktik-praktik perkawinan dan pewarisan di wilayahnya. Banyak orang di kerajaannya, termasuk orang wilayah Mandau hulu menganggap pewarisan dalam satu bentuk atau yang lain melalui garis perempuan (adat kemenakan). Selain itu, adat perkawinan di wilayah Mandau hulu jauh dari apa yang dianggap sebagai perkawinan bagi orang Melayu muslim. Kebijakan-kebijakan sultan mendorong pewarisan melalui garis keturunan laki-laki, pembayaran mas kawin untuk perkawinan, dan peran ayah sebagai wali perkawinan puterinya. Prinsip-prinsip ini lebih mengacu pada praktik-praktik di semenanjung Malaya dibandingkan dengan praktik-praktik yang dijalankan di Sumatera tengah.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Di masa lalu, orang Sakai membangun rumah-rumah mereka dengan jarak tertentu satu sama lain, seperti manik-manik yang tersebar di hamparan ladang. Sekarang, mereka seperti manik-manik yang dirangkai dengan tali, rumah-rumah Sakai berjajar di sepanjang jalan-jalan yang ada. Di sekeliling deretan rumah-rumah ini terdapat hamparan rig-rig minyak, perkebunan dan pemukiman-pemukiman pendatang.

Baca Juga:  Talang Mamak dan Sistem Perbatinan

Kepenghuluan-kepenghuluan orang Sakai yang tergolong dalam Perbatinan Lima meliputi Kampung Minas, Kampung Penaso, Kampung Beringin Sakai, dan Kampung Tengganau. Sedangkan perbatinan salapan bermukim tempat-tempat pemukiman baru, yaitu: Kampung Petani, Sebanga/Duri Km.13, Air Jamban Duri, Pinggir, Semunai, Syam-syam, Kandis, dan Balaimakam. Perbatinan Delapan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (1) Perbatinan Induk-Pucuk; yang meliputiperbatinan-perbatinan Petani, Air Jamban Duri, Pinggir, dan Semunai; (2) Perbatinan Anak; yang meliputi Sembanga/Duri Km.13, Balaimakam, Kandis, dan Syam-syam. Perbatinan Induk-Pucuk memperoleh kedudukan tersebut karena masing-masing mempunyai barang-barang pusaka yang dianggap sakti. Perinciannya adalah sebagai berikut:

  1. Perbatinan Petani mempunyai tombak yang dapat terbang, bernama bintang berayun. Memberi isyarat bila ada malapetaka akan menimpa kehidupan masyarakat.
  2. Perbatinan Air Jamban di Duri memiliki rotan bercabang yang diberinama tanah sikupang. Rotan bercabang ini dipercaya membawa kesaktian dan terhindar dari malapetaka.
  3. Perbatinan Pinggir mempunyai rambut panjang yang sakti. Rambut ini dulunya adalah rambut seorang hulubalang yang sakti yang bernama Jemperi. Rambut tersebut juga melindungi warga masyarakat ini dari segala malapetaka.
  4. Perbatinan Semunai mempunyai batu berpayung. Batu ini dipercaya memiliki tuah alam membawa rezeki dan kemakmuran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *