Scroll ke bawah untuk melihat konten
Adat & AdabUtama

Makan Berhidang Melayu Riau

×

Makan Berhidang Melayu Riau

Sebarkan artikel ini
Makan berhidang dalam upacara bersanding. (foto: budayamelayuriau.org)

Prosesi makan berhidang dimulai dengan pepatah-petitih dari pucuk pimpinan suku yang menjadi pelaksana makan berhidang. Pepatah-petitih menjelaskan maksud pelaksanaan upacara, sambutan atau ucapan terimakasih kepada jemputan, dan ditutup dengan mengajak untuk menikmati makan berhidang secara bersama-sama.

Sebagian wilayah, makan berhidang menggunakan talam bulat sebagai wadah untuk meletakan seluruh hidangan. Jembutan kemudian duduk melingkar dengan hitungan ganjil di setiap talam antara 3, 5 atau 7 orang. Pada wilayah lain, makanan berhidang disajikan dengan menghidangkan seluruh makanan. Para jemputan kemudian duduk bersila dan melingkar atau berjejer mengelilili hidangan.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

B. Peralatan dan Penyajian
Pelaksanaan makan berhidang dipersiapkan oleh kaum laki-laki dan perempuan. Pembagian kerja dibedakan berdasarkan keahlian atau kesanggupan. Pada makan berhidang dalam upacara adat misalnya, laki-laki menyiapkan pembangunan tempat memasak (dangau-dangau), dan kancah, sedangkan kaum perempuan menyiapkan berbagai peralatan seperti piring, kukuran, gelas, mangku, dan tudung saji.

1. Peralatan Makanan
Peralatan penyanyian makan meliputi seluruh peralatan yang digunakan saat pelaksanaan makan berhidang. Berikut peralatan yang digunakan dalam penyajian makan berhidang:

Dulang
Dulang berfungsi sebagai tempat meletakan makanan atau menghantarkan makanan dari dapur ke tempat penyajian. Makanan yang telah diletakan di atas dulang, ditutup dengan tujung saji. Dulang biasanya terbuat dari perunggu, kuningan, ataupun seng berbentuk bundar.

Baca Juga:  Batobo

Piring sambal.
Piring sambal digunakan untuk menempatkan sambal dan lauk-pauk seperti gulai dan sayur.

Piring makan
Digunakan sebagai tempat nasi. Pada makan berhidang dalam upacara adat, sebagian tidak menggunakan piring makan.

Piring kecil
Berukuran sedikit lebih kecil dari piring makan, digunakan sebagai wadah makanan selingan seperti penganan dan ulam.

Gelas minum
Gelas yang dipakai sebagai tempat air minum.

Mangkuk basuh tangan
Digunakan sebagai tempat mencuci tangan sebelum dan setelah makan.

2. Penyajian Makanan
Penyajian makan berhidang dimulai dengan menyiapkan makanan yang dilakukan oleh kaum perempuan, dan yang menghidangkan dilakukan oleh kaum laki-laki. Makanan diletakan di dalam peralantan makan, kemudian disusun di atas dulang. Saat makan berhidang harian, makanan dikeluarkan dari dulang dan diletakan dihadapan anggota keluarga. Pada berhidang dalam upacara adat, makanan dikeluarkan dari dulang dan disusun memanjang di hadapan jemputan. Sebagian makan berhidang pada uparaca adat tidak mengeluarkan makanan dari dulang, tetapi makan bersama-sama di atas dulang tersebut.

Saat menghidangkan makanan, hidangan  pertama adalah air minum yang telah dituangkan ke dalam gelas, kemudian secara berurutan diikut nasi puti, piring makan, lauk-lauk termasuk sayur dan lalap,  kemudian ditutup dengan air basuh tangan. Penyajian air putih terlebih dahulu dimaksudkan sebagai penghilang haus. Diikuti penyajian nasi putih sebagai simbol kebekahan dan rezeki.

Baca Juga:  Batobo

3. Menyantap Makanan
Dalam hidangan harian, menyantap hidangan dimulai dari yang tua, kemudian diikuti oleh yang lebih mudah. Pada upacara adat, hidangan disantap setelah dipersilahkan oleh penghulu atau tengganai rumah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *