Scroll ke bawah untuk melihat konten
Adat & Adab

Maikek Namo

×

Maikek Namo

Sebarkan artikel ini
Tangkal. (foto: budayamelayuriau.org)

MAIKEK NAMO adalah upacara pemberian nama bayi yang baru lahir dalam tradisi kelahiran di Kampar, Riau. Upacara ini dilaksanakan sebelum masuk buai (masuk buaian) yang dilangsungkan di rumah orang tua si bayi dan dihadiri oleh kerabat dan tetangga.

Secara harfiah, maikek namo bearti mengikat nama yaitu mengikat (memberi) nama ke batang tubuh bayi sehingga menjadi berkah dan harapan kebaikan.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Maikek namo dilaksanakan pada malam hari, dan keesokan harinya baru dilaksanakan upacara masuk buai. Berbeda dengan upacara masuk buai yang harus dihadiri oleh Mak Bidan yang membantu kelahiran, dalam upacara maikek namo bidan tidak diwajibkan untuk tidak datang.

Perlengkapan yang harus dipersiapkan antara lain gunting untuk menggunting rambut bayi, minyak rambut, bunga rampai, dan kelapa muda (belum tumbuh dagingnya) yang dipangkas bagian atasnya dan diukir. Semua perlengkapan diletakkan di atas nampan yang dihias.

Para tamu yang diundang datang selepas salat Isya. Mereka duduk di tikar, para laki-laki berada di bagian depan dan para perempuan di bagian dalam dan ruang tengah. Bila semua tamu dianggap telah hadir, tuan rumah atau yang mewakilinya memberikan kata sambutan. Setelah itu, ia mengedarkan pena dan buku kepada para tetamu untuk menuliskan nama bagi si bayi. Pena dan buku ini hanya diedarkan di kalangan bapak-bapak saja. Setelah terkumpul nama-nama dari para tetamu kemudian dipilih mana yang cocok dan ditetapkan dengan persetujuan kedua orang tua si bayi. Nama yang dipilih langsung diumumkan di hadapan para tetamu oleh tuan rumah.

Baca Juga:  Jalur

Upacara dimulai dengan marhaban atau pembacaan barzanji oleh semua yang hadir. Bayi kemudian digendong oleh kakeknya diikuti oleh seorang laki-laki yang membawa perlengkapan dalam nampan. Setelah itu dilakukan pemotongan rambut.

Orang pertama memotong rambut adalah orang patut atau orang tua yang terkemuka di kampung dengan maksud untuk memberi berkah kepada si bayi. Rambut bayi dipotong sambil membaca doa dan potongannya diletakkan ke dalam air kelapa.

Pemotongan rambut dilakukan bergiliran sampai semua tamu melakukannya. Giliran terakhir jatuh kepada pemuka agama, sekaligus untuk menutup dengan doa.

Pemotongan rambut si bayi bertujuan untuk membuang rambut bawaan lahir sekaligus membuang sial yang terdapat di ujung-ujung rambut tersebut. Setelah itu, upacara ditutup dengan makan bersama secara bajambau.

Rujukan:
1. Dwi Sobuwati dan Nismawati Tarigan. 2006. Upacara Tradisional pada Masyarakat Melayu Kampar. Tanjungpinang: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *