Scroll ke bawah untuk melihat konten
Uncategorized

Zapin Api

×

Zapin Api

Sebarkan artikel ini

ZAPIN Api adalah salah satu tarian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Pulau Rupat Bengkalis. Menurut riwayatnya, tari Zapin Api Ini adalah kesenian di masa lampau yang dilakukan pada upacara acara adat atau pernikahan. Keberadaannya terancam punah disebabkan perkembangan dan perubahan zaman yang diiringi pesatnya kemajuan di bidang teknologi. Sehingga rangkaian kegiatan adat dan tradisi pernikahan di Rupat Utara sudah tidak lagi menyuguhkan tari Zapin Api, tetapi orgen tunggal atau band dan orkes.

Sepuh Zapin Api yang masih ada saat ini adalah M Nur yang berusia seratus tahun lebih. Namun sudah tidak lagi bisa ikut bermain. Kepiawaian menjadi khalifah atau pemimpin dari Tari Zapin Api  ini diteruskan oleh seorang anak dari Husein (teman M Nur), yaitu Abdullah (72 thn).

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Tari Zapin Api menggunakan media bara api dari sabut kelapa yang dibakar. Komando Khalifah mengawali pertunjukan Zapin Api. Lima orang laki-laki mengelilingi kemenyan sambil menutup telinga. Khalifah menghampiri mereka dan membisikkan mantra-mantra. Kelima penari tersebut menyimak dan menghayati mantra dari Khalifah. Biasanya, sebelum pertunjukan dimulai, Khalifah akan memberi tahu kepada penonton agar tidak merokok dan menyalakan korek api selama pertunjukan berlangsung. Sebab penari Zapin Api akan mengarah ke sumber api yang menyala. Selain itu dilarang untuk menyapa atau memanggil para penari jika mengenali mereka.

Baca Juga:  Anyaman

Pertunjukan tari Zapin Api ditandai dengan petikan gambus, pukulan bebano, dan marwas. Lantunan pantun dan syair pun mengalir dari Khalifah yang juga memetik gambus. Para penari duduk bersila dan melingkar di sisi sabut kelapa yang telah disusun. Di tengah mereka terdapat wadah yang berisi kemenyan. Masing-masing penari kemudian meraih asap dari kemenyan, lalu mengusapkan ke seluruh badan sebagai persiapan raga.

Sabut kemudian dibakar hingga sabut-sabut kelapa membara. Para penari yang berjumlah lima orang kemudian bergerak mengikuti tempo musik menuju api. Masing-masing penari yang sudah trance memburu sabut-sabut yang sudah menjadi bara api. Ada yang meniduri, ada yang memakan, ada yang mengambung-ambungkan, dan sebagainya. Mereka memain-mainkan api  tersebut sambil terus terus bergerak hingga seluruh sabut tidak lagi menyisakan api untuk dimainkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *