Scroll ke bawah untuk melihat konten
Uncategorized

Talang Mamak

×

Talang Mamak

Sebarkan artikel ini

TALANG MAMAK adalah komunitas adat yang berada di wilayah Indragiri, Riau. Talang Mamak mendiami kampung-kampung yang berada di Pasirpenyu, Siberida, dan Rengat.

Orang Talang Mamak hidup berpencar-pencar di daerah hutan dengan sistem matapencaharian yang masih sederhana, peladangan berpindah. Tanah peladangan dipakai secara bergiliran, sehingga membentuk siklus. Hasil pertanian mereka meliputi padi, ubi, getah karet, jelutung, rotan, madu lebah dan membuat gula enau. Aktivitas lainnya adalah berburu dan mencari ikan.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Makanan pokok orang Talang Mamak adalah beras dan ubi kayu. Rumah mereka dibangun dari kayu bulat, kulit kayu, tadir (anyaman bambu) dan atap rumbia. Tiap perkampungan atau desa terdiri dari sejumlah rumah, diantaranya ada yang berukuran 10×15 meter. Pintu masuk biasanya satu buah. Rumah mereka umumnya bertingkat, meskipun ruangan rumah tidak mempunyai bilik. Tingkat tiga merupakan gudang, yaitu tempat menyimpan berbagai alat pertanian (ladang). Tingkat dua untuk anak perempuan yang sudah bersuami. Sedangkan tingkat yang pertama tempat ibu bapak serta anak-anak yang masih kecil. Untuk menghubungkan tingkat-tingkat itu dipakai tangga dari kayu bulat yang mudah dilepaskan jika tidak dipakai. Di tiap talang biasanya ada surau yang juga dipakai untuk melaksanakan ritual pengobatan Balian.

Sejarah Lisan
Dari teks lisan yang dikemukakan oleh Patih Sutan Pangeran, yaitu patih Suku Talang Mamak yang ke-28 dikatakan bahwa Suku Talang Mamak mempunyai hubungan yang erat dengan Datuk Perpatih Nan Sebatang, yang bertugas sebagai kelana, memeriksa berbagai daerah di Rantau Kuantan. Setiap memeriksa kawasan Rantau Kuantan Datuk Perpatih mengakhiri perjalanannya dengan mengambil tempat di Sungai Limau, dekat Keloyang sekarang ini. Akhirnya Datuk Perpatih menetap di tempat ini.

Karena Inderagiri semakin ramai juga, maka Datuk Perpatih memanggil seorang kemenakannya yang berada di Johor, bernama Raja Asli unruk dinobatkan menjadi raja di Inderagiri. Penobatan itu telah dilakukan pada suatu kolam yang terbuat dari loyang, sehingga kemudian disebut Keloyang.

Menurut teks ini, Raja Kerajaan Inderagiri adalah kemenakan Datuk Perpatih Nan Sebatang. Setelah Kerajaan Inderagiri memeluk agama Islam, maka Datuk Perpatih dengan keturunannya memisahkan diri dengan membangun kampung petalangan (di pinggir hutan) yaitu di Durian Cacar. Karena petalangan itu menjadi tempat tinggal Datuk Perpatih, maka pihak Kerajaan Inderagiri memperlakukannya sebagai daerah istimewa, dalam arti kerajaan tersebut tidak mencampuri kehidupan masyarakat talang itu. Sebaliknya, rakyat petalangan memberikan penghormatan kepada pihak kerajaan dengan memberikan semacam hadiah kepada Sultan Inderagiri setiap Bulan Haji.

Karena Datuk Perpatih adalah mamak raja yang berada di petalangan, maka talang (kampung dalam hutan) tempat tinggalnya kemudian dikenal dengan nama “Talang Mamak”, yang berarti talang tempat kediaman mamak.

Perkampungan Talang Mamak mempunyai 7 talang. Pada mulanya, talang hanya terdiri dari 1 talang yaitu Talang Durian Cacar, kemudian menjadi 3 talang (balai) setelah 3 orang anak Datuk Perpatih menjadi patih. Talang setingkat dengan kampung (desa), sehingga tiap batin berperan sebagai kepala kampung (desa).

Adapun tujuh talang tersebut adalah Talang Durian Cacar, Talang Perigi, Talang Sungai Parit, Talang Gedabu, Talang Sungai Limau, Talang Selantai, Talang Tujuh Buah Tangga. Patih Talang Mamak hingga saat ini berjumlah 28 (?) patih,  Datuk Perpatih Nan Sebatang, Patih Bunga, Patih Cangkudin, Patih Tagih, Patih Muntah, Patih Tatap, Patih Said, Patih Gamuk, Patih Besar, Patih Singkat Langan, Patih Hitam, Patih Tinggi, Patih Nan Catu, Patih Kuning, Patih Man-gunang, Patih Aman, Patih Tinggi, Patih Mak Capa, PatihMak Nyusun, Patih Mak Mangumum, Patih Tanang, Patih Kacik, Patih Kelulit, Patih Intan, Patih Singkup, Patih Mak Ijin, Patih Muhammadiman dan Patih Sutan Pangeran.

Agama dan Kepercayaan
Orang Talang Mamak menyebut adat-istiadat mereka sebagai “Langkah Lama”, yang menunjukkan bahwa mereka tetap berpegang kepada adat lama dalam mengatur kehidupan. Langkah lama menjadi sebutan agama mereka. Disebutkan, bahwa Datuk Perpatih memiliki tiga orang putera yaitu Kelopak, Besi dan Bunga. Mereka inilah yang kemudian mewarisi gelar “patih” dan menjadi pemimpin suku masing-masing.

Versi teks lisan lainnya bersumber dari Tengku Arif. Dalam versi ini dikatakan bahwa di Kerajaan Inderagiri, raja memerintah dengan didampingi oleh seorang Patih sebagai Perdana Menteri dan seorang Temenggung yaitu Datuk Temenggung Kuning. Karena takut mendapat serangan Singosari tahun 1275 dengan Ekspedisi Pamalayu-nya yang telah sampai ke Kerajaan Pamalayu di Jambi, maka Patih mengusulkan untuk memanggil Raja Indragiri yang berada di Malaka, yaitu Raja Narasinga II (1423-1523) agar kembali. Keinginannya ini disampaikannya kepada Datuk Temenggung (yang berkuasa sebagai raja di rantau). Namun, kedua pembesar itu tidak sepakat. Mereka berbeda pendapat ketika bertemu di Bukit Bertingkah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *