Scroll ke bawah untuk melihat konten
Lingkup MateriPermainan Tradisional

Permainan Kecuke

×

Permainan Kecuke

Sebarkan artikel ini
Permainan Kecuke.

Permainan kecuke dikenal juga dengan sebutan catuk ula, cukil (cungkil), dan patuk lele atau catuk lele. Permainan ini sangat menyenangkan. Peralatannya pun sederhana. Lapangannya cukup halaman rumah saja. Permainan dilakukan secara beregu, dengan masing-masing anggota dua atau tiga orang.

Dua potong kayu sebesar ibu jari kaki yang satu panjangnya lebih kurang setengah meter sebagai induk sedangkan yang satu lagi setengahnya, sebagai anak. Tempat bermain di halaman rumah dibuat sebuah lubang sebagai tempat memulai dan merupakan pusat permainan. Permainan ini dilakukan oleh remaja laki-laki dan perempuan. 

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Sebelum bermain dilakukan terlebih dulu osit atau toss, dengan jari atau dengan memukul penganak atau anak. Siapa yang menang osit atau lebih jauh memelantingkan anaknya dia yang mendapat giliran pertama yang main dan yang kalah menjaga. 

Anak catuk ula diletakkan melintang di atas lubang yang dibuat agak memanjang. Lalu anaknya yang diletakkan melintang di lubang dicongkel dengan menggunakan induk catuk ula sekuat-kuatnya sampai jauh terbang. Apabila anak ini dapat ditangkap ketika tengah melayang oleh regu yang menjaga sebelum menyentuh tanah, langsung regu pemain berganti posisi. Regu yang menjaga mendapat giliran main. Kalau tidak dapat disambut, induk diletakkan melintang di atas lubang. Regu yang menjaga melemparkan anak supaya mengenai induk. Kalau kena, maka permainan berganti. Kalau tidak kena, permainan berlanjut oleh yang menang.

Aturcara permainan ialah pemain memukul anak dengan induknya. Anak dan induknya pada satu tangan. Anak dilambungkan sedikit, kemudian dipukul sampai jauh. Kalau dapat disambut atau ditangkap oleh yang menjaga langsung sebelum menyentuh tanah, permainan berganti. Kalau tidak dapat disambut, permainan berlanjut. 

Anak dilemparkan mendekati lubang. Kalau anaknya dekat lubang kurang satu induk, maka permainan berganti. Kalau lebih permainan berlanjut dan jarak antara lubang dan anak itu dihitung sebagai poin. Hitungannya dengan mengukur jarak antara lubang dengan anak yang dilemparkan penjaga tersebut dengan menggunakan panjang induk. Hitungan dimulai dari satu.

Kelanjutan permainan, anak diletakkan pada lubang. Sebagian dari anak agak keluar agar dapat dipukul dengan menggunakan induk sehingga anak melenting ke atas atau melompat. Ketika anak tadi belum menyentuh tanah dipukul dengan induk untuk menjauhkan dari lubang. Kalau gagal memukulnya, permainan berganti. Kalau pukulannya berhasil, jarak anak dan lubang dihitung dengan menggunakan induk, sebagai poin. Poin ini merupakan akumulasi dari poin yang sudah didapatkan, sampai gem dengan batasan tertentu, sesuai dengan kesepakatan. Misalnya gem yang disepakati, antara lain 50, 100 atau 200 poin.

Bonus hitungan diberikan, apabila ketika anak yang melenting dipukul lebih dari satu kali sebelum jatuh. Kalau sempat dua kali kena, maka jarak yang dihitung menggunakan anak, berarti dua kali lipat dari hitungan menggunakan induk. Kalau sempat tiga kali kena, maka dihitung dengan setengah anak atau seperempat induk. Selanjutnya kalau sempat empat kali pukul maka hitungannya menjadi seperempat anak. Poin ini diakumulasikan dengan jumlah poin yang sudah ada, sampai gem. Pemain yang hebat, berusaha memukul anak beberapa kali, kemudian yang terakhir dengan sekuat-kuatnya supaya jauh. Tidak jarang sekali main saja, langsung gem.

Setelah gem, masing-masing anggota regu pemenang memukul anak sejauh-jauhnya. Boleh juga diwakilkan oleh anggota regu yang dapat memukul paling jauh sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Setelah ditentukan jarak pukulan, yang kalah harus mendukung yang menang dengan cara menggendong di punggung badan, dari lubang sampai batas pukulan kemudian kembali ke lubang. Puncak kenikmatan bermain catuk ula, pada saat didukung. Bagi yang kalah, penatnya tak seberapa, tapi malunya yang tak tahan. Permainan selesai di situ untuk satu ronde. Permainan boleh beberapa ronde.

Permainan catuk ula ini, benar-benar memerlukan keterampilan. Terampil dalam memukul dan terampil pula dalam bertahan atau menangkap. Tidak banyak memerlukan taktik dan strategi. Paling-paling menempati posisi bertahan, ketika masing dari lawan akan memulai bermain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *