Mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt., merupakan salah satu nilai-nilai azas dalam budaya Melayu. Seseorang yang selalu mensyukuri nikmat akan terhindar dari sifat-sifat loba dan tamak, jauh dari sifat serakah dan kufur nikmat, serta terhindar dari berbagai keburukan lainnya. Dalam ungkapan dikatakan, “siapa hidup mensyukuri nikmat, hidup matinya beroleh rahmat.” Di dalam ungkapan lain mengatakan, “siapa bersyukur, terhindar dari kufur” dan “siapa mensyukuri nikmat Allah, hidup matinya tiada menyalah”.
Orang tua-tua mengatakan, bahwa nikmat Allah tidak dapat dihitung oleh makhluk-Nya. Oleh karenanya, manusia wajib bersyukur dan memohon agar Allah tetap melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Dengan mensyukuri nikmat, rasa takwa akan meningkat, rasa kesadaran sebagai hamba Allah akan bertambah, dan rasa sombong, angkuh, loba, dan tamak akan hilang. Dengan bersyukur, rasa kesetiakawanan akan bertambah sempurna, sehingga kehidupan bermasyarakat akan dilandasi oleh kesadaran bahwa semua nikmat dalam bentuk apapun adalah karunia Allah. Karunia Allah wajib dimanfaatkan untuk kepentingan umat. Orang tua-tua mengatakan “kalau menyadari nikmat Allah, tolong menolong tidak berkilah” dan “bila tahu nikmat Allah, tentu hidupnya tidak serakah.”
Sikap orang Melayu yang mensyukuri nikmat Allah dapat disimak dari ungkapan berikut:
Apa tanda Melayu jati,
Nikmat Allah ia syukuri
Apa tanda Melayu jati,
Nikmat yang ada ia syukuri
Apa tanda Melayu jati,
Mensyukuri nikmat sepenuh hati
Apa tanda orang beriman,
Mensyukuri nikmat menyembah Tuhan
Apa tanda orang budiman,
Mensyukuri nikmat ia utamakan
Apa tanda orang berbudi,
Tahu mensyukuri nikmat ilahi
Apa tanda orang berbudi,
Nikmat tidak dimakan sendiri
Apa tanda orang bertuah,
Mensyukuri nikmat tiada lengah
Apa tanda orang bermarwah,
Nikmat diterima menjadi sedekah
Apa tanda orang semenggah,
Menerima nikmat tiada serakah
Apa tanda orang amanah,
Mensyukuri nikmat karena lillah.