Scroll ke bawah untuk melihat konten
Alam & Kearifan EkologiUtama

Pacu Jalur

×

Pacu Jalur

Sebarkan artikel ini
Pacu Jalur di Telukkuantan. (foto:budayamelayuriau.org)

PACU JALUR adalah pacuan perahu panjang tradisional yang disebut jalur yang dilaksanakan di Batang Kuantan, Kuantan, Riau. Pacu Jalur dilaksanakan dalam memperingati perayaan-perayaan semisal hari besar Islam, penabatan penghulu adat, dan memperingati hari kemerdekaan.

Pacu Jalur diadakan setiap tahun di sungai Batang Kuantan di bawah rangkaian Festival Pacu Jalur, yang mana merupakan festival tahunan terbesar bagi masyarakat setempat (terutama di ibukota kabupaten Teluk Kuantan) selama ratusan tahun.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Sejarah
Pacu jalur sudah dimulai sejak zaman Belanda masuk ke Rantau Kuantan (1905). Hal ini dilaksanakan untuk memperingati Ratu Belanda yang bernama Ratu Welhelmina yaitu setiap tanggal 31 Agustus. Pada masa Belanda tersebut, hadiah yang diperebutkan adalah Ratu Welhelmina berbentuk hewan yaitu lembu. Disamping itu, jalur juga merupakan suatu alat yang digunakan untuk membawa pulang hasil kebun, padi dan sebagainya melalui arus sungai Kuantan. Namun dengan semakin berkembangnya sarana teknologi peralatan tersebut menjadi suatu acara tradisional bagi masyarakat Rantau Kuantan yang dinamakan Pacu Jalur. Setiap kampung memiliki minimal 1 unit jalur, yang diperlombakan pada bulan Agustus setiap tahunnya bersempena dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI.

Membuat Jalur
Langkah-langkah yang diambil dalam membuat jalur adalah masyarakat desa melaku kan rapat / musyawarah dan dibuatlah panitia pelaksana pembuatan jalur. Kayu yang akan dijadikan sebuah jalur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Panjang kayu lebih kurang 35 meter dibawah dahan pertama dan besar kayu lebih kurang 3 meter lilitan atau lebih kurang 125 cm garis tengah dan jenis kayu yang dipilih biasanya kayu meranti, tidak berlobang, kuyung, tonam atau kayu yang tahan air.

Baca Juga:  Dikei

Setelah panitia terbentuk, maka panitia akan menentukan kapan akan mencari kayu untuk jalur tersebut dan menunjuk orang yang akan pergi mencari kayu tersebut

Setelah kayu tersebut didapati, maka akan dilaksanakan lagi rapat masyarakat guna menentukan siapa tukang, pawang (dukun jalur) dan kapan akan diadakan penebangan kayu jalur tersebut. 

Proses berikutnya adalah penebangan kayu, sebelum kayu jalur ditebang maka dukun/pawang terlebuh dahulu memotong ayam hitam untuk diambil darahnya, memotong limau, mayang pinang, limau purut 7 buah, bunga-bungaan 7 macam, membakar kemenyan dan lain-lain. Saat itu sang dukun/pawang membacakan mantra-mantra (jampi-jampi), akhimya setelah dipasangkan obat sekeliling kayu, maka sang dukun memberitahukan kepada tukang tebang kayu untuk memulai menebang, dan dahan kayu yang pertama jatuh ke tanah langsung diambil sang dukun untuk disimpan, yang disebut dengan istilah orang kuantan bahan tuo., Gunanya bagi dukun tersebut adalah untuk melihat apakah kayu jalur itu kayu yang bisa laju bila di perlombakan/di pacukan. Setelah kayu tumbang maka diambillah ukuran jalur sesuai dengan kehendak masyarakat. Tukang yang membuat jalur tersebut terdiri dari 5-7 orang dan bermalam didalam  hutan tersebut selama lebih kurang 10 hari atau pembuatan jalur sudah selesai 40% (terbengkalai/telakar).

Tahap selanjutnya adalah meelo jaluar (menarik jalur) ke kampung untuk dapat disempurnakan pekerjaannya. Dalam pelaksanaan menarik jalur ini dilakukan oleh para generasi muda (bujang gadis), dan orang tua-tua. Bagi yang tua-tua (ibu-ibu) membawa nasi bungkus dan minuman.Menarik jalur (maelo jalur) oleh masyarakat Rantau Kuantan adalah salah satu adat tradisi yang telah membudaya sejak dahulu kala. Jalur ditarik dengan rotan manau yang diikatkan ditengah-tengah jalur yang disebut dengan timbo ruang, lalu tali itu ditarik arah keluan dibawah panggar atau tempat duduk. Tiap-tiap panggar tali itu diikat sampai kehaluan jalur sehingga dari haluan jalur sampai ke ujung tali mencapai panjangnya lebih kurang 100 meter atau lebih. Disaat menarik jalur tersebut, sering terjadi tali yang digunakan terputus. Maka para penarik jalur akan jatuh berhimpitan diringi tawa ria yang sangat gembira. Disinilah letaknya seni menarik jalur yang sampai saat sekarang tak terlupakan oleh masyarakat Kuantan. Setelah sampai waktunya istirahat tengah hari, panitia memerintahkan agar semua penarik jalur untuk beristirahat guna makan bersama, sholat, dan sebagainya  selama 1,5 jam. 

Baca Juga:  Ritual Pengobatan Bedike

Setelah jalur yang ditarik tadi sampai dikampung, maka dilanjutkan lagi pekerjaannya hingga selesai. Apabila sudah selesai dilakukan lagi acara mendiang jalur yang dilaksanakan pada malam hari. Pendiangan jalur ini dimeriahkan oleh acara gondang beroguang, randai, saluang  atau kayat. Sesudah jalur tersebut di diang, maka dilakukanlah pengecatan jalur sesuai dengan seni yang diinginkan agar jalur tersebut kelihatan indah.

Nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah jalur adalah bahwa dalam kehidupan ini kita semua dituntut untuk selalu bersama, kompak dalam segala hal. Apabila diantara kita tidak kompak maka apa yang menjadi suatu tujuan tidak akan tercapai. Dalam satu jalur, ada beberapa nilai yang dapat kita ambil seperti tukang tari, tukang tari adalah generasi muda yang akan meneruskan perjuangan dan pembangunan disuatu daerah.

Dibelakang tukang tari terdapat 4 orang tukang iriak kayuah yang diibaratkan ninik mamak / penghulu dalam suatu masyarakat. Apabila 4 orang ini dayungnya tidak sama, maka seluruh tukang dayung dibelakangnya akan ikut kacau. Dibelakang itu lagi terdapat beberapa orang tukang kayuah yang boleh dikatakan masyarakat umum. Ditengah-tengah terdapat 1 orang tukang timbo ruang (berdiri) yang boleh dikatakan sebagai kepala desa. Dibelakang itu lagi terdapat beberapa orang tukang kayuah lagi yang juga dikatakan masyarakat umum. Dibelakangnya terdapat lagi 4 orang tukang pinggang (tukang kemudi), dalam hal ini disebut juga perangkat desa. Posisi dibelakang sekali dinakaman Tukang onjai, tukang onjai dapat disamakan sebagai datuk bisai (orang godang).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *