Scroll ke bawah untuk melihat konten
Bahasa & SastraPermainan Tradisional

Teka-teki dalam Budaya Melayu Riau

×

Teka-teki dalam Budaya Melayu Riau

Sebarkan artikel ini
Bermain teka-teki menuntut penutur (penanya) dan penjawab untuk berpikir. Foto: budayamelayuriau.org

A. Pengertian
Teka-teki atau toka-toki adalah genre sastra lisan berupa permainan untuk menjawab persoalan atau permasalahan yang dituturkan dalam bentuk kalimat, pantun, cerita—kadang kala didukung dengan gambar, dikemukakan secara samar-samar yang dimaksudkan untuk dijawab oleh lawan bermain. Teka-teki terdiri atas dua bagian penting, yaitu pertanyaan (topic) dan jawaban (referent).

Teka-teki merupakan sebuah bentuk hiburan tradisional, di samping juga berfungsi sebagai menguji ketajaman analisis, kecerdikan, menggoda, pola berpikir, pengetahuan, dan interaksi sosial. Penutur atau orang yang memberikan pertanyaan teka-teki akan berusaha membuat teka-tekinya sulit dijawab oleh penjawab.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melihat konten

Bermain teka-teki menuntut penutur (penanya) dan penjawab untuk berpikir. Ketajaman analisis dan penguasaan pengetahuan (knowledge) merupakan kunci utama dalam permainan ini. Analisis dalam teka-teki juga merupakan sebuah pola pikir masyarakat dalam memberikan jawaban ketika dalam menyelesaikan sebuah persoalan.

Pertanyaan dan jawaban dalam teka teki pada umumnya bersifat harfiah, namun tidak jarang keduanya tidak memiliki hubungan sama sekali (metaforis). Teka-teki yang bersifat harfiah akan lebih mudah di cari jawabannya. Kadangkala teka-teki juga bersifat jenaka, namun tetapi menguji kecerdikan atau ketajaman berpikir. Hal ini dapat meningkatkan daya kreativitas kanak-kanak dan orang dewasa. Sesuai dengan fungsinya, teka-teki membawa pelbagai tema.

B. Fungsi
Secara umum teka-teki berfungsi sebagai bahan hiburan dan pengisi waktu luang, dimainkan disembarang waktu dari berbagai usia, tidak melihat status sosial atau jenis kelamin, misalnya dari ayah atau ibu ke anak, kakek atau nenek ke cucu dan cicit, kakak ke adek, paman ke keponakan, kawan sebaya dan lain sebagainya. Biasanya permainan ini dimainkan di sela-sela waktu luang dalam permainan, sesudah mengaji, menjelang tidur, menjemur padi, mencari kutu, atau di waktu luang lainnya.

Baca Juga:  Permainan Ali Oma

Sebagai tradisi lisan, teka teki dituturkan secara lisan dan diturunkan secara linsan dari generasi ke generasi berikutnya. Tidak ada aturan atau waktu khusus regenerasi permainan ini. Akan tetapi, ketika teka-teki kemukakan kepada lawan bermain, maka sekaligus juga merupakan sebagai penyebaran dan regenasi dari permainan teka-teki itu sendiri.

Sebagian besar teka-teki mempunyai jawaban yang berupa benda-benda atau hal-hal yang ada di dalam lingkungan mereka. Dengan demikian, masyarakat, terutama anak-anak akan dibimbing untuk mengetahui, misalnya ciri-ciri benda-benda di sekitar mereka melalui teka-teki.

Teka-teki dalam sastra tradisional terbagi kepada dua bentuk utama yaitu prosa dan puisi. Teka-teki yang tergolong dalam bentuk puisi mungkin ditemui dalam bentuk syair dan pantun atau dalam ungkapan-ungkapan puitis yang lebih bebas seperti talibun, sesomba atau gurindam.

C. Contoh Teka-Teki
Berikut adalah beberapa contoh teka-teki yang berkembang di Riau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *